Header Ads

Cerita Sex Terbaru Melayani Buk Melda Yang Penuh Dengan Nafsu


Cerita Sex Terbaru Melayani Buk Melda Yang Penuh Dengan Nafsu

Cerita Sex Terbaru Melayani Buk Melda Yang Penuh Dengan Nafsu – “Hallo?”, kataku ketika telepon tersambung.
“Hallo?”, terdengar suara wanita menjawab.
“Ini pasti Bu Melda, ya? Saya Bima Handrono, Bu..”, kataku.
“O, Pak Bima.. Apa kabar?”, tanya Melda ramah.
“Baik, Bu.. Bisa bicara dengan Pak Ronny, Bu?”, tanyaku.
“Suami saya sejak kemarin malam pulang ke Semarang, Pak..”, kata Melda.
“O begitu ya, Bu.. Well, kalo begitu saya pamit mundur saja, Bu..”, kataku cepat.
“Sebentar, Pak Bima!”, kata Melda menyela.
“Ya ada apa, Bu?”, tanyaku.
“Tidak ada apa-apa kok, Pak. Hanya saja rasanya kita sudah lama tidak pernah bertemu”, katanya.
“Betul sekali, Bu. Kebetulan saja saat ini sebetulnya saya ada perlu dengan Pak Ronny tentang masalah bisnis kami, Bu”, kataku.
“Ada yang bisa saya bantu, Pak Bima?”, tanya Melda serius.
“Mmmm.. Kayaknya tidak ada, Bu. Terima kasih..”, kataku lagi.
“Sekarang Pak Bima sedang dimana?”, tanyanya kian melebar.
“Saya sedang di jalan, Bu. Tadinya mau ke rumah Ibu. Tapi ternyata Pak Ronny tidak ada di rumah..”, kataku seadanya.
“Kesini saja dulu, Pak Bima!”, ajak Melda.
“Gimana, ya?”, kataku ragu.
“Ayolah, Pak Bima.. Teman suami saya berarti teman saya juga. Please..”, pintanya.
“Baiklah, saya akan mampir sebentar..”, kataku setelah berpikir sejenak.
“Okay.. Saya tunggu, Pak Bima. Bye”, kata Melda sambil menutup telepon.

Segera aku menuju ke rumah Ronny, teman bisnisku. Di teras sebuah rumah di kawasan Cipinang Indah, tampak seorang wanita tersenyum ketika aku mendekat, itulah istri temanku yang bernama Melda. Aku biasa memanggilnya dengan Ibu Melda. Usianya sekitar 37 tahun, wajah lumayan enak dipandang. Kulit putih, postur tubuh sedang saja. Yang membuatku suka adalah tubuhnya yang seksi terawat. Aku kenal dia sekitar satu tahun yang lalu ketika aku mengantar Ronny suaminya, pulang dari urusan bisnis. Sejak pertemuan itu kami masih seing bertemu. Dan memang dalam pertemuan-pertemua itu mataku dan mata bu Melda sering bentrok tanpa setahu suaminya. Dan kerlingan matanya kadang mengandung birahi terpendam.

Bahkan pernah ketika aku nekat mengedipka mata…ia membalasnya dengan dengan menggigit bibir bawanya dengan gaya yang nakal… Tapi itu semua berlalu…

Sampai suatu ketika…

“Silahkan masuk, Pak Bima”, katanya sambil membuka pintu rumahnya.
“Terima kasih”, kataku sambil duduk di ruang tamu.
“Mau minum apa, Pak?’, tanyanya sambil tersenyum manis.
“Apa saja boleh, Bu..”, jawabku sambil membalas senyumannya.
“Baiklah..”, katanya sambil membalikkan badan dan segera melangkah ke dapur.

Mataku tak berkedip melihat penampilan Melda pagi itu. Dengan memakai kaos tank-top serta celana pendek ketat/hot span, membuat mataku dengan jelas bisa melihat mulusnya punggung serta bentuk dan lekuk paha serta pantat Melda yang bulat padat bergoyang ketika dia berjalan. Bu Melda ini benar-benar semok….

“Maaf kelamaan..”, kata Melda sambil membungkuk menyajikan minuman di meja. Saat itulah dengan jelas terlihat buah dada Melda yang besar. Darahku berdesir karenanya.

“Silakan diminum..”, katanya sambil duduk.

Kembali mataku selintas melihat selangkangan Melda yang jelas menampakkan menggembungnya bentuk memek Melda.

“Iya.. Iya.. Terima kasih..”, kataku sambil meneguk minuman yang disajikan.
“Sudah lama sekali ya kita tak bertemu..”, kata Melda membuka percakapan.
“Betul, Bu. Sudah sekitar enam bulan saya tidak kesini..”, jawabku.
“Senang rasanya bisa bertemu Pak Bima lagi..”, kata Melda tersenyum sambil menyilangkan kakinya

Kembali mataku disuguhi pemandangan yang indah. Bentuk paha indah dan sekal-padat Melda membuat darahku berdesir kembali. Ini perempuan kayaknya bisa juga.., pikiranku mulai kotor.




“Hei! Pak Bima lihat apa?”, tanya Melda tersenyum nakal ketika melihat mataku tertuju terus ke pahanya.
“Eh.. Mm.. Tidak apa-apa, Bu..”, jawabku agak kikuk.
“Hayoo.. Ada apa?”, kata Melda lagi sambil tersenyum menggoda dan kerlingan matanya menatapku. Aku suka tatapan matanya yang terkesan binal.
“Saya suka lihat bentuk tubuh Ibu, jujur saja..”, kataku memancing.
“Memangnya kenapa dengan tubuh saya?”, tanyanya sambil matanya menatap tajam mataku.
“Mm.. Nggak ah.. Nggak enak mengatakannya..”, jawabku agar dia penasaran.
“Tidak enak kenapa? Ayo dong Pak Bima..”, katanya penasaran.
“Sudah ah, Bu.. Malu sama orang.”, kataku sambil tersenyum.
“Iihh! Pak Bima bikin gemes deh..”, katanya sambil bangkit lalu menghampiri dan duduk di sebelahku. Aroma tubuhnya benar-benar membangkitkan birahi…
“Saya cubit nih..! Ayo dong katakan apa?”, katanya sambil mencubit pelan tanganku.
“Yee.. Ibu ternyata agresif juga ya?!”, kataku sambil tertawa.
“Tapi suka, kan?”, katanya nakal dan manja.
“Iya sih..”, kataku mulai berani karena melihat gelagat Melda seperti itu.
“Kalau begitu, ayo dong Pak Bima kasih tahu ada apa dengan tubuh saya?”, tanya Melda agak berbisik sambil tangannya ditumpangkan di atas pahaku.

Aku tak menjawab pertanyaannya, hanya tersenyum sambil mataku tajam menatap matanya.

“Ihh, kenapa Pak Bima tak mau jawab sih?”, suara Melda berbisik sementara matanya menatap mataku.

Beberapa saat mataku dan mata Melda saling bertatapan tanpa bicara. Sedikit demi sedikit kudekatkan wajahku ke wajahnya. Terdengar jelas nafas

Melda menjadi agak cepat disertai remasan tangannya di pahaku ketika bibirku hampir bersentuhan dengan bibirnya.

“Tubuh Ibu seksi..”, bisikku sambil menempelkan bibirku ke bibir merahnya.
“Ohhh…mmmmhh..”, desahnya ketika kukecup dan kulumat perlahan bibirnya.
“Pantatmu bahenol Bu Melda…”kataku smbil tanganku meremasi pantatnya.
“Nggghhhh…”Bu Melda mendesah.

Ia melepas bibirnya, lalu mendesakku makin rapat. Bibirnya terbuka…lalu melumat mulutku dengan liar. Ia memutar-mutar mulutnya dan sambil mendesah ia memaguti bibirku.

Tak kusangka nafsu Bu Melda begitu liar dan panas. Lumatan bibirku dengan sangat panas dan liar dibalas dengan pagutan yang lebih liar lagi. Lumatan bibir, hisapan dan permainan lidahnya benar-benar membuatku bergairah. Apalagi ketika tangan kiri Bu Melda dengan berani langsung memegang dan meremas celana bagian depanku yang sudah mulai menggembung. Tangan kanannya dengan lembut memegang belakang kepalaku dan meremasi rambutku.

“Mmhh..”, desahnya ketika tanganku mulai meraba buah dadanya yang cukup besar menantang.

Kamu secara bersama-sama melepaskan bibir kami yang berpagut ketat…Lalu seperti dikomando kami saling menjilat leher… Di sela kilatanku di lehernya kudekati kupingnya lalu aku berbisik…”Ohh…bu…susumu montok…”desahku. Aku begitu intens meremasi susunya.

“MMhhhh…..mmm suka iyah…mmm…”desahnya di kupingku. Ia begitu liar menciumi dan menjilati leherku. Kadang ia mengigitnya lembut.

Lalu di sela-sela jilatanya di leherku ia berbisik di telingaku…

“Kita pindah ke kamar saja, Pak Bima..”, bisiknya.

Ia melepaskan bibirnya. Matanya memandangi ku dengan nakal sambil tangannya meremasi kontolku….Ia memandangiku penuh birahi…

“Kita ke kamar…aku mau ini…aku mau kontol ini….”desahnya pelan sambil meremasi kontolku dan memandangi mataku dengan tatapan penuh birahi mesum.

Aku tak sanggup menahan nafsuku. Kukelurkan lidahku lalu kujilati bibirnya yang tersenyum mesum itu….”Hmmmhhh…..”desahku sambil mengusap lengannya dan mengajaknya bangkit.

Segera kuikuti Melda ke kamarnya sambil sesekali memegang dan meremas pantatnya. Di dalam kamar. Melda tanpa segan lagi langsung melepas semua pakaiannya hingga dengan jelas aku bisa menyaksikan betapa seksinya tubuh dia. Aku suka buah dadanya yang cukup besar dengan puting susu kecil berwarna agak coklat. Apalagi ketika melihat memeknya yang dihiasi bulu yang tak terlalu banyak tapi rapi.

“Ayo dong lekas buka pakaiannya..”, kata Bu Melda ketika melihatku belum membuka pakaian.
“Tubuh Ibu sangat bagus…pinggul ibu sungguh bahenol dan padat..”, kataku tersenyum sambil membuka pakaianku.
“Apa yang Pak Bima suka?”, tanya Melda sambil menghampiri dan membantu membuka pakaianku.
“Saya suka ini..”, kataku sambil meremas buah dadanya lalu meraba memeknya.
“HHHHmmm, nakal..!!”, katanya sambil memegang dan mengelus kontolku yang sudah mulai tegang. Kurengkuh belakang kepalanya lalu segera kulumat bibirnya, Melda pun segera membalas lumatanku sembari tangannya makin keras meremas kontolku.
“Uhh..”, desah Melda ketika tanganku meremas buah dadanya dan sesekali memainkan puting susunya.

Sambil berdiri kami berciuman dan saling raba apa pun yang mau diraba, saling remas apapun yang mau diremas. Sampai beberapa saat kemudian, kudorong dan kurebahkan tubuh mulus telanjang Melda ke atas ranjang.

“Oww.. Pak Bima! Enakkhh..”, desah Melda keras ketika bibirku menyusuri belahan memeknya sementara tanganku memegang dan meremas buah dadanya.
“Ohh.. Ohh..jilatanmu…”, jerit Bu Melda sambil menggelinjang ketika lidahku menjilati kelentit dan lubang memeknya bergantian.

Tubuh Bu Melda makin bergetar dan melengkung ketika sambil kujilat kelentitnya, kumasukkan jariku ke lubang memeknya. Terasa di jariku jepitan-jepitan pelan lubang memeknya ketika jariku kukeluarmasukkan perlahan.

“Oohh..”, jerit Bu Melda makin keras serta dengan keras menjambak kepalaku dan mendesakkan ke memeknya.
“Aku mau keluarrhh, Bimahh..”, jerit Bu Melda sambil menggerakan dan mendesakkan memknya ke mulutku.
“Oohh!! Nikmaatthh..!!”, jerit Melda ketika mendapatkan orgasme, lalu tubuhnya melemah.

Aku bangkit lalu kutindih tubuhnya.

“Bagaimana rasanya, Bu?”, tanyaku sambil mengecup bibirnya.

Melda tidak menjawab pertanyaanku, tapi membalas kecupanku dengan lumatan ganas walau mulutku masih basah oleh cairan memeknya sendiri.

“Gantian, Pak..”, kata Melda sambil tersenyum lalu bangkit.
“Mm.. Enak, Bu..”, kataku ketika kontolku dikocoknya sambil sesekali Melda menjilat kepala kontolku.
“Uhh..”, desahku ketika terasa mulut dan lidah Melda dengan hangat melumat dan menghisap kontolku.

Jilatan dan hisapan Melda sangat terasa nikmat. Sangat lihay sepertinya Melda dalam hal ini. Apalagi ketika lidah Melda dengan tanpa ragu menjilat lubang anusku berkali-kali sembari tangannya tak henti mengocok kontol. Apalagi ketika ujung jarinya dimasukkan ke lubang anusku, lalu mulutnya tak henti menjilat dan menghisap kontolku.

“Meldaa.. Enakk bangett..”, kataku sambil terpejam lalu memegang kepalanya.

Kemudian kugerakkan kontolku keluar masuk mulutnya.

“Uhh.. Enak sekali, Mel..”, kataku sambil meremas rambut Melda.
“Sudah deh.. Naik sini!”, pintaku. Melda menurut.

Setelah menghentikan hisapannya, dia segera bangkit lalu segera naik ke atas tubuhku. Kemudian dengan satu tangan dipegang kontolku lalu diarahkannya ke lubang memeknya. Bless.. Tak lama memeknya sudah mulai digerakkan ketika kontolku sudah masuk.

“Sudah lama saya memimpikan bisa bersetubuh dengan Pak Bima..”, kata Melda sambil tetap menggerakan pinggulnya turun naik di atas kontolku.
“Memangnya kenapa, Bu.. Mhh..”, kataku sambil meremas kedua buah dadanya yang bergoyang seiring gerakan tubuh Melda yang bergerak turun naik dengan cepat.
“Mmhh.. Karena.. Mmhh.. Karena sejak pertama kita bertemu, saya sudah suka dengan Pak Bima. Saya tertarik pada Pak Bima.. Mmhh..”, kata Melda sambil mengecup bibirku.

Aku tersenyum lalu membalas kecupannya sambil meremas pantatnya.

“Ohh, Pak Bima.. Enak sekali rasanya..”, bisik Melda sambil mempercepat gerakannya.
“Ohh.. Sayaanngg.. Ohh..”, jerit Melda sambil tubuhnya bergerak makin cepat seperti meronta. Sampai akhirnya, serr! Serr! Serr! Melda mencapai orgasme.
“Ohh..”, jerit Melda sambil mendekap erat tubuhku sambil mendesakkan memeknya ke kontolku.

Tubuhnya bergetar dan meronta merasakan nikmat yang amat sangat.

“Ohh.. Pak Bima.. Enak sekali..”, bisik Melda sambil mengecup bibirku.

Aku tersenyum sambil membalas kecupannya.

“Mau posisi apa, sayang?”, tanya Melda sambil tetap berada di atas tubuhku.
“Posisi kesukaan Ibu Melda apa?”, aku balik bertanya.
“Doggy style.. Mau?”, tanya Melda sambil tersenyum lalu mengecup bibirku.
“Whatever you want..”, jawabku.

Melda bangkit lalu mulai nungging di pinggir ranjang. Tampak jelas memeknya merekah merangsang.. Segera kuarahkan kontolku ke lubang memeknya, lalu bless.. Bless.. Aku mulai memompa kontolku dalam-dalam di memeknya. Rasanya sangat nyaman dan nikmat.

“Ohh.. Enak banget memekmu Bu Melda…oh enaknya mengentotimu bu Melda..”, kataku sambil meremas pantat Melda.
“Mmhh.. Ohhh pak Bima…enotanmu enak…ohhh kontolmu dalem banget masuk dalammemekku…Oh..entotin…masukin sedalamnya sayang…ahhh….”, erang Bu

Melda sambil menoleh ke arahku, sementara pantatnya digoyang dan diputar mengimbangi pompaan kontolku.

“Remasshh.. Remass susuku, Pak Bimay..”, desah Melda sambil meremas buah dadanya sendiri.

Aku pun segera menuruti kemauannya. Sambil memompa kontol, tanganku segera memegang, meremas buah dada dan memainkan puting susu Melda bergantian.




“Ohh.. Ohh.. Nikmaatthh..”, jerit lirih Melda sambil memegang tanganku yang sedang meremas-remas buah dadanya….”OOhhh…rasanya kontolmu makin keras dan besar dalam memekku…oh…setubuhi aku…oh entotanmu…oh enaknya…”

Lalu kembali kami merubah posisi. Ia langsung rebah mengangkang di ranjang… memeknya yang tembem benar-benar terlihat enak untuk di entot. Aku arahkan kontolku ke lobang memeknya…lalu….

“Ahhhhh,,,,,….OOOOhhhh…..”kami mendesah bersamaan ketika kontolku masuk dalam memeknya.

Ia merangkul bahuku lalu menjilati leherku..dan berbisik

“Ohhhh…entotanmu enak….kontolmu besar dan panjang….ohhh….dalam sekali pak…”

Aku tak kalah liar menjilati lehernya…dan kubalas bisikannya…

” Memek ibu Melda tebal..memek ibu enak dientot…kntolku keenakan Bu…”

Kami terus berpacu di ranjang yang biasanya ia pakai tidur dengan suaminya itu. Lalu tiba-tiba ia merangkulku ketat. Tangannya meraih kepalaku…””Pak Bima…”desahnya.

Aku mengangkat kepalaku..lalu memandangi wajahnya…Ia menyentuh bibrku dengan bibirnya tetapi hanya sentuhan-sentuhan pelan…bibir kami bergesekan seirama goyangan pinggul kami yang saling menggenjot…

“Ohhh..Pak Bimahh…aku bisa ketagihan dientoti kontolmu pak,,,ohh…enak pak…” Kedua tangannya berada di belakang kepalaku.

Bibir kami bergesekan pelan…

“Aku juga bu Melda….enak sekali mengentoti memek bu Melda….aku juga pasti ketagihan ngentot sama bu Melda…”
“Ohhh..pak aku ketagihan kontolmu…”
“Ohh bu Melda aku ketagihan memekmu…”

Genjotan pinggul kami makin lama semakin ketat dan cepat…

“Ohh…bu Melda…aku akan ketagihan ngentot sama bu Melda…”desahku.
“Ahhh…ohhh…aku mau setiap waktu ngentot sama pak Bima…kalau perlu tiap hari Pak Bima datang aja…kita bisa ngentot terus pak…ohhh…””

Ketika entotan-entotan kami semakin liar…dan nafas kami makin panas tak teratur…tiba-tiba ia menahan pinggulku…kami lalu begerak pelan…ia meraih kepalaku…bibirnya menjilati bawah kupingku…sambil saling menggenjot perlahan ia berbisik pelan…

“pak Bima…aku lagi subur pak…”

Aku kaget mendengar bisikanyya yang penuh birahi…

“Oh bu Melda…”desahku.

Lalu akupun mulai memompa memek bu Melda dengan entotan yang dalam. Aku meregangkan pahaku agar tusukan kontolku yang besar dan panjang makin dalam.

“Tekan kontolmu panjangmu sedalamnya pak…ohhh…iya gitu pak…masukin dalam-dalam pak..ohh..gitu…oh… iya tekan terus”
“Oh…pak…ohhh…masuki rahimku…masukkan kepala kontolmu dalam rahimku…oh gitu…okkkkhhh…pakkk…ohh….”
“Ohhh…bu Melda aku keenakan bu…oh…kontolku rasanya mentok bu…oh…enaknya bu….ohhhh…bu…Bu Melda…maniku juga lagi banyak bu….udah tiga minggu aq tidak ngentot sama istriku bu…oookkkhhh…bu…”
“Oookkkkhhh pak…oh…pak…aq suka pak…aku suka manimu banyak pak…”

Lalu tiba-tiba aku merasa kontolku diperas dan dihisap lobang memek bu Melda…”Oookkkhhh…..bu…oookkkkhhh…”erangku tak kuasa menahan nikmat.

“Iya sayang…okhh.pppak…enaknya…”
“Ohh.. enak sekali, sayang..”, kataku sambil mempercepat gerakan kontolku karena sudah mulai terasa ada sesuatu yang ingin keluar seiring rasa nikmat yang aku rasakan. “Buuuu…aku mau keluar bu…”
“Keluarkan saja di dalam memekku, sayang..semprot rahimku yang subur ini,,,,aaaa pak Bima…”, kata Melda sambil mempercepat goyangan pantatnya.
“Ohhh akan kusembur rahimmu yang subur ini bu Hanyy…aku akan semprot maniku sebanyak-banyaknya dalam rahimmu bu…ooohhh…ohhh…bu…ohhh bu
Melda..aku akn membuatmu hamil bu Melda…aku akan membuntingim bu Melda…oookkkhhhh…”
“Iya pak…entoti…okkhhh…entotin memekkku…okk..pak Bima…keluarkan manimu sebanyaknya….sirami rahimku…oh…hamili aku….entoti sampai aku bunting pak Bima…aku pasti hamil oleh manimu…oookkkhhh….aku rela bapak entot sampai hamil…”

Kupercepat kontolku keluar masuk memeknya sambil meremas buah dadanya, lalu tak lama kemudian kudesakkan kontolku ndalam-dalam ke memeknya.. Croott! Croott! Croott! Air maniku menyembur sangat banyak di dalam memeknya seiring rasa nikmat dan nyaman kurasakan. Aku terus desakkan kontolku dalam-dalam ke dalam rahim bu Melda sambil kukerahkan otot dan nafasku agar maniku keluar sebanyak-banaykanya… sampai kurasakan air maniku habis keluar….Aku lakukan semua itu sambil menjilati bibirnya….

“OOkkkkkhhh…Pak Bima banyak sekali spermamu…oohhh….rahimku merasa hangat oleh manimu…ookkk…semprot terus pejuhmu yang banyak….aaahhh iya…oookkkhh iya..”, kata Bu Melda sambil meliukkan pinggulnya..

Aku merasa lobang memeknya meremasi dan menghisap batang kontolku…kepala kontolku serasa diemut-emut oleh memeknya…Bu Melda seolah ingin memeras spermaku sebanyak-banyaknya..

“Okkkhhhh….aku juga keluar pak….”desahnya…”Okkhhh..pak bima…aku enak pak…aku paus pak…akkkhh…enaknya pak…”

Lalu ahkhirnya irama pergelutan badan kami berhenti…Ia mendesah dan memeluk kepalaku dalam dadanya…

Nafas kami memeburu…. Lalu bisikkanya terdengar lirih…

“Kontol pak bima enak…kontolmu besar dan panjang pak…aku suka ngentot sama pak Bima…”
“Ibu juga hebat, memek ibu tebal dan tembem…susumu besar bu…tubuh Bu Melda semok…memek ibu enak dientot..”, kataku lirih.
“Kapan pun Pak Bima mau, aku mau dientoti pak Bima….aku suka birahimu pak Bima…Kontol pak bima besar dan panjang…aku bisa ketagihan ngentot sama pak Bima..”, kata Melda sambil tersenyum lalu mengecup bibirku.
“Aku juga suka sama bu Melda…aku juga suka birahi dalam tatapn matamu bu…aku juga suka ngentoti ibu kapan saja…oohhh….”, kataku sambil mengusap punggung telanjangnya.
“Saya mau mandi dulu, Pak Bima.. Mau ikut?”, tanya Melda manja sambil bangkit dan turun dari ranjang.
“Mandi bareng wanita cantik siapa yang mau nolak?”, kataku sambil bangkit pula.
“Ihh! Genit!”, katanya sambil mencubit tanganku.
“Kalau sudah kena air dingin, bisa ada ronde kedua dong..”, bisik Melda sambil memeluk tubuh telanjangku.
“Siapa takut..”, jawabku sambil mengecup bibir ranumnya.

Melda, saya sayang kamu..



No comments

Powered by Blogger.