Cerita Sex Terbaru Memek Sempit Milik Pacar Saudara Aku Sendiri
Cerita Sex Terbaru Memek Sempit Milik Pacar Saudara Aku Sendiri – Saya adalah anak kembar (tetapi bukan kembar identik). Saudara kembar saya bernama Fara, dan dia juga kuliah di tempat yang sama dengan saya. Fara kuliah di sebuah perguruan tinggi di Jakarta. Di sana, ia mempunyai seorang pacar bernama Winda. Setelah setahun kuliah di Jakarta, Fara & Winda tidak betah, dan akhirnya mereka berdua pindah ke Surabaya (di universitas & fakultas yang sama).
Ketika pertama kali saya bertemu dengan Winda, saya terpana dengan parasnya yang cantik. Saya merasa Fara sangat beruntung mendapatkan pacar seorang gadis yang sangat cantik seperti Winda. Memang, Fara bercerita bahwa Winda merupakan rebutan cowok-cowok di kampusnya. Ketika bersalaman dengannya, saya tidak dapat melepaskan pandangan dari wajahnya yang sangat cantik dan imut itu.
Setelah perkenalan pertama dengan Winda, dia selalu terbayang dalam pikiranku. Apalagi Winda sering main ke rumah kami. Setiap Winda datang ke rumah, saya pasti merasa deg-degan. Seakan-akan Winda adalah pacar saya sendiri. Kadang-kadang, Fara & Winda suka berduaan di kamar Fara, dan saya sering mendengar mereka cekikikan berdua di kamar. Saya jadi merasa iri dengan Fara. Saya belum pernah punya pacar sejak dulu. Memang dibanding Fara, saya anaknya agak lebih pendiam. Saya tetap punya teman-teman cewek, tapi bukan pacar.
Suatu kali, Fara sedang pergi keluar kota bersama teman-temannya untuk beberapa minggu. Winda tetap di Surabaya, sebab dia mengambil semester pendek. Saya sempat merasa agak kesepian juga di rumah. Apalagi kalau Fara tidak di sini, berarti Winda juga nggak akan datang ke rumah saya. Begitu dalam batin saya
Namun tiba-tiba saya seperti mendengar suara motor Winda dari kejauhan. “Ach, aku pasti terlalu merindukan kehadiran Winda”, pikirku, sampai suara motor lewat pun saya sangka suara motor Winda. Ternyata suara motor itu memang menuju ke rumahku, and guess what, itu memang Winda! Dia mengenakan kaos ketat berwarna oranye-biru, dan celana jeans ngatung yang juga ketat. Sunggu menggairahkan sekali penampilannya saat itu. Saya gembira campur bingung, kenapa Winda datang ke sini, padahal Fara kan lagi pergi?
“Halo Feri.. Sendirian aja ya di rumah? Kasian, ditinggal Fara sendirian. Pasti sepi ya?”, kata Winda sambil menuntun motornya masuk.
“Iya nih Win, sendirian terus tiap hari. Kamu tumben dateng ke sini? Ada angin apa Win?”
“Ini Fer, aku mau ngambil catetanku yang dulu dipinjem Fara. Soalnya ada perlu buat semester pendek.”
“Ooo.. kalo gitu masuk aja Win. Aku kurang tau di mana Fara nyimpen catetanmu. Liat aja di kamarnya.”, jawabku lagi.
Winda pun masuk ke kamar Fara dan mencari catetannya di laci meja komputer Fara. Sepertinya dia memang sudah tau kalau Fara menyimpannya di sana. Untuk membuka laci itu, dia mesti agak membungkuk. Ketika membungkuk itulah, bagian belakang baju kaosnya agak terangkat, dan tampaklah olehku punggungnya yang putih mulus. Wahh.. walaupun hanya sedikit yang tampak, tapi itu sudah membuat pikiranku melayang dan otomatis penisku pun ikut berdiri.
“Dapet nih Fer, catetannya.”, kata Winda kepadaku.
“Oh, di sana ternyata dia simpen ya? Okey deh. Itu aja yang perlu Win?”, kataku dengan agak sedikit kecewa, kalau memang hanya itu tujuan dia ke sini, berarti dia udah mau balik dong..?
“Iya, ini aja. Aku pulang dulu ya Fer.”
Yaahh.., sebentar banget aku sempat ketemu dengan Winda, pikirku.:((Kemudian Winda keluar menuju motornya. Di depan motornya aku melihat dia menggantungkan sebuah tas yang agak besar.
“Eh Win… Bawa apaan tuh Win?”, tanyaku sama Winda.
“Oh, ini? Sebenarnya setelah ini aku bukan mau pulang sih. Aku rencananya mau ke tempat temenku. Numpang mandi. Abis, air di kosku lagi habis. Sumurnya kering. Wah, jadi ketauan deh kalo aku belum mandi nih.. Jadi malu..”, kata Winda dengan agak malu-malu.
Wah.., kesempatan nih!
“Kenapa nggak mandi di sini aja Win? Airnya banyak kok di sini. Daripada repot-repot ke tempat temenmu lagi. Gimana? Mau?”, cecarku dengan penuh semangat.
“Mmm.., nggak apa-apa nih?”, tanya Winda agak ragu.
“Nggak apa-apa Win. Bener….. Suwerrrrr………”, jawabku dengan sedikit bercanda.
“Okey deh kalo gitu. Aku numpang mandi ya..”
Yess.. Akhirnya aku punya kesempatan untuk bersama Winda lebih lama lagi.. Winda langsung masuk lagi menuju kamar mandi. Aku hanya dapat membayangkan apa yang terjadi di dalam kamar mandi itu. Aku membayangkan Winda membuka baju ketatnya, dan melepaskan celana jeansnya. Aku membayangkan bagaimana tubuh seksi Winda hanya berbalutkan BH dan celana dalam saja. Hhhmm.. penisku langsung tegang dengan sendirinya tanpa perlu kusentuh. Sedang enak-enak melamun, tiba-tiba pintu kamar mandi Winda terbuka. Oh, ternyata Winda masih mengenakan pakaiannya, tidak seperti dalam bayanganku.
“Feri, aku bisa pinjem handuk nggak? Aku lupa bawa nih. Sori ya ngerepotin.”
“Oh, nggak apa-apa. Ntar ku ambilin.”
Ketika aku memberikan handukku kepada Winda, terlihat tali BH Winda yang berwarna hitam di bahunya. Walaupun itu hanya seutas tali BH di bahu, tapi itu sudah cukup untuk membuatku berimajinasi yang bukan-bukan tentang Winda.
“Makasih ya Fer….”, wah, suaranya benar-benar bisa membuatku terbang ke langit ketujuh..
“eh, iya..iya”, jawabku.
Lalu Winda masuk kembali ke kamar mandi. Tak lama kemudian sudah terdengar suara cebyar-cebyur air. Aku tak dapat berhenti membayangkan tubuh Winda yang telanjang.. Kulitnya pasti mulus.., putih.., dan badannya sangat seksi sekali.. mmhh.. aku tak kuasa untuk menahan nafsuku.. Aku masuk ke kamar, dan masuk ke kamar mandiku (letaknya tepat di sebelah kamar mandi tamu tempat Winda mandi).
Di dalam kamar mandi, aku langsung melepaskan seluruh pakaianku dan mengambil sabun untuk onani. Aku memegang penisku yang sudah sangat tegang (rasanya belum pernah “dia” sebesar ini. Bayangan akan Winda benar-benar telah membuatnya sangat keras..). Dengan sedikit sabun, aku mulai meremas-remas penisku, dan pelan-pelan mulai mengocoknya maju-mundur.. mm.. aku membayangkan ini adalah tangan Winda yang mengocok penisku.. oohh Winda.. andaikan kamu mau mandi bersamaku di sini.. hhmm.. Imajinasiku telah melayang ke mana-mana. Sedang asyik-asyiknya onani, tiba-tiba pintu kamar mandiku diketuk dari luar.
“Feri.. Kamu lagi mandi ya? Sori mengganggu lagi. Kamu ada sabun cuci muka nggak? Aku lupa bawa tadi..”, terdengar suara Winda memanggil.
Aku kaget! Wah, mana udah mau klimaks, eh Winda ngetuk pintu. Buyar deh imajinasiku yang sudah kubangun dari tadi. Wah, pasti Winda sudah pakai baju lengkap lagi seperti tadi, tidak telanjang seperti dalam bayanganku. Tapi nggak apa-apa deh, kan aku bisa ngeliat Winda lagi jadinya. Aku lingkarkan handuk di pinggangku untuk menutupi penisku yang tegang, lalu aku ambilkan sabun cuci mukaku untuk Winda.
“Ini Win, sabun cuci mukanya”, kataku sambil membuka pintu.
Wahh.. ternyata Winda hanya mengenakan handukku yang kuberikan tadi, bukannya berpakaian lengkap! Rejeki lagi nih! Dengan balutan handukku yang tidak terlalu lebar itu, tampak kulitnya yang benar-benar putih mulus. Handukku hanya menutupi dari dadanya sampai sekitar 15 cm di atas lututnya. Tampak olehku pahanya yang begitu indah. Rambutnya yang basah juga memberi efek yang membuatnya semakin kelihatan seksi.. Tanpa bisa dibendung, penisku menjadi semakin tegang lagi..
“Makasih ya Fer… Wah, bener-bener sori nih, jadi ngeganggu mandimu..”, kata Winda lagi.
“Ehm.., nggak apa-apa kok Win.”, jawabku terbata-bata nggak kuat menahan nafsuku..
Tanpa kusadari, penisku semakin menyembul dan membuat handukku hampir copot. Jarakku dengan Winda waktu itu sangat dekat, sehingga penisku yang sudah berdiri itu menyentuh bagian perut Winda (penisku dan perut Winda sama-sama masih tertutupi handuk). Winda kaget, karena ada sesuatu yang menekan perutnya.
“Eh, aku mandi lagi ya Fer.”, kata Winda buru-buru dengan muka yang memerah. Sepertinya dia malu campur bingung.
“Mmm, iya.., aku juga mau mandi lagi”, jawabku juga dengan penuh malu.
Windapun kembali ke kamar mandinya, dan aku juga masuk lagi ke kamar mandiku. Di dalam kamar mandi aku berpikir, apa kira-kira tanggapan Winda atas kejadian tadi ya? Apa dia akan lapor ke Fara kalau aku berbuat kurang ajar? Apa dia marah sama aku? Atau apa? Aku jadi takut.. Setelah termenung beberapa menit, akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan apa yang kukerjakan tadi. Masalah nanti ya urusan belakangan. Baru saja aku mau mulai untuk onani lagi, pintu kamar mandiku diketuk lagi.
“Feri.., sori mengganggu lagi. Aku ada perlu lagi nih”, kata Winda dari luar.
“oh iya, bentar Win…”
Sekarang aku pakai CD & celana pendekku. Aku nggak mau terulang lagi kejadian memalukan tadi. Aku keluar dari kamar mandi.
“Ada apa Win? Apa lagi yang ketinggalan? Mau pinjem CD?”, candaku pada Winda.
“Ah, kamu ada-ada aja.”, kata Winda sambil tertawa. Hhh.., manis sekali senyumannya itu.. Btw, dia masih mengenakan handuk seperti tadi. Seksi..!
“Gini Fer.. Waktu aku minjem sabun cuci muka tadi, aku tau kalo kamu sempat.. mm.. apa ya istilahnya? Terangsang?”, kata Winda.
“Whatttt…..? Maksudnya gimana? Aku nggak ngerti?”, tanyaku pura-pura bego.
“Nggak apa-apa kok Fer. Nggak usah malu. Kuakui, aku tadi juga sempat membayangkan “itu” mu waktu aku masuk kamar mandi lagi. Aku bahkan hampir saja mau.. mm.. masturbasi sambil mbayangin kamu. Tapi kupikir, ngapain pake tangan sendiri, kalo “barang”nya ada di sebelah?”, jawab Winda.
“Hhhaahh…. Apa maksudmu Win…… Aku jadi makin bingung nih”
Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, Winda sudah meraba penisku dari luar celana pendekku.
“Ini yang kumaksud, Feriiii….! Kontolmu yang tegang ini! Aku menginginkannya!”, kata Winda sambil terus meraba-raba dan meremas penisku.
“hhmm.., Wi…… Wi…. Winda.. kamu..”
“Feri…. Walaupun aku pacarnya Fara, kamu nggak usah malu begitu. Sejak bertemu denganmu di dulu, aku selalu membayangkanmu dalam setiap fantasi seksku. Bukannya aku nggak cinta Fara. Tapi dengan membayangkan sesuatu yang “tabu”, biasanya aku selalu menjadi begitu terangsang, dan selalu kuakhiri dengan masturbasi sambil membayangkan bercinta dengan saudara kembar pacarku sendiri. Ferrrr.. saat ini sudah lama kutunggu-tunggu. Aku selalu membayangkan bagaimana rasanya mengulum kontolmu dalam mulutku. Bagaimana rasanya memainkan kontolmu dalam vaginaku.. hhmm.. Kamu yang selalu jadi fantasiku, Feri..”, cerocos Winda sambil semakin kuat meremas penisku.
“Ohh.., oohhmm.., Winda.. Aku.., juga.. selalu membayangkanmu dalam setiap onaniku. Aku nggak tahan melihat kecantikan dan keseksianmu, sejak pertama kali aku bertemu denganmu. Aku cemburu dengan Fara. Aku selalu membayangkan tubuhmu yang putih, halus, lembut, dan seksi ini.. Aku menginginkanmu Winda..”, jawabku sambil meraba bahu dan tangannya yang begitu halus dan lembut.
Tanpa berpikir lagi, aku raih rambutnya dan kutarik mukanya ke mukaku, dan kucium Winda dengan buas. Kulumat bibirnya yang merah dan mungil itu. Inilah pengalaman pertamaku mencium wanita. Rasanya benar-benar nikmat sekali. Apalagi tangannya masih terus meremas penisku yang sudah berdenyut-denyut dari tadi.
“Hmmpp.., mmhhmmhh..”, Winda juga membalas ciumanku dengan lumatan bibirnya dan lidahnya bermain-main di dalam mulutku.
Aku terus menghisap bibir & lidahnya, dan tanganku mulai meraba payudaranya yang masih tertutup handuk. Payudaranya cukup besar. Belakangan kuketahui ukurannya 34B. Terasa putingnya yang mengeras dari balik handuk.
“Ohh.. Feri.. remas susuku! Remas, Ferrrrr……. Ohhmmhh..”, desah Winda di telingaku, semakin membuatku bernafsu.. Tanpa pikir panjang, langsung kulepaskan handuk Winda, sehingga tampaklah di depan mataku keindahan tubuh telanjang Winda yang selama ini hanya ada dalam fantasiku.
“Winda.. kamu sunguh-sungguh cantik.. Aku menginginkanmu..”. Aku pun langsung menerkamnya dan tanpa membuang waktu langsung kuhisap payudaranya yang bulat & padat itu. Sebelumnya aku hanya dapat membayangkan betapa indahnya payudara Winda yang sering mengenakan kaos ketat itu. Bahkan pernah sekali dia mengenakan kaos ketat tanpa BH, sehingga tampak samar-samar putingnya yang merah olehku waktu itu.
“Feri.. Mmmhhmm.. Kamu benar-benar hebat Feri.. Bahkan Fara tidak pernah bisa membuatku jadi gila seperti ini.. Ooohh.. hisap putingku Feri. Jilat.. hhmm..” jerit Winda yang sudah benar-benar penuh nafsu birahi itu.
Aku terus menjilati dan menghisap payudaranya, dan sekali-sekali kugigit gemas, sehingga payudaranya menjadi merah-merah. Tapi Winda tidak marah, malah sepertinya ia sangat menikmati permainan mulutku. Bosan bersikap pasif, Winda pun melepaskan celana pendekku dengan penuh nafsu, sehingga tampaklah olehnya penisku yang sudah berdiri tegak hingga keluar dari pinggang celana dalamku.
“Besar sekali kontolmu Feri! Wow.. Lebih besar dari pacarku yang dulu. Bahkan lebih besar dari punya Fara! Kukira punya Fara sudah yang terbesar!”, puji Winda dengan mata berbinar ketika melihat penisku.
Winda menarik CDku hingga lepas, berlutut di depan penisku dan langsung menjilati telorku yang penuh bulu itu.
“Aahh…mmmm.. enak sekali Winda..! mmhhmm.. Kamu memang hebat sekali..”, aku meracau kenikmatan sambil terus membelai rambutnya yang indah.
“oohh…mmmm.. aku suka sekali kontolmu Feri.. besar, panjang, dan hitam.. oohhoohhmm..”, Winda memasukkan penisku ke mulutnya yang mungil, dan menghisapnya dengan kuat.
“Achh.., Winda.. AAhhmmhh..”, aku benar-benar dalam puncak kenikmatan yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Kenikmatan onani hanyalah sepersekian dari kenikmatan dihisap dan dijilat oleh mulut dan lidah Winda yang sedang mengulum penisku ini.
Winda dangan penuh semangat terus menghisap penisku, ia memaju mundurkan kepala & badannya dengan kencang, tampak olehku payudaranya bergoyang-goyang kesana kemari. Ketika aku hampir mencapai klimaks, langsung kutarik penisku dari mulutnya, dan kupeluk Winda erat-erat sambil menjilati & menciumi seluruh mukanya. Mulai dari keningnya, matanya, hidungnya yang mancung, pipinya, telinganya, lehernya, dagunya, dan kuteruskan ke bawah sampai akhirnya seluruh tubuhnya basah oleh air liurku dan di beberapa tempat bahkan sampai merah-merah kena hisapan dan gigitan gemasku.
Winda benar-benar menikmati perlakuanku terhadap tubuhnya, terutama ketika aku menjilati dan menghisap daun telinganya. Dia benar-benar merinding ketika itu.
“Ooohh Feri.., kamu hebat sekali.. Belum pernah ada sebelumnya yang bisa membuatku orgasme tanpa perlu menyentuh vaginaku. Ohhmm.. kamu yang terhebat..!”, kata Winda lagi.
Setelah beristirahat sejenak, aku mulai menjilati vagina Winda.
“Feriiiii.. nikmat sekali.. kamu hebat sekali memainkan lidahmu.. mmhhmm.. aahhgghh..”, Winda benar-benar menikmati permainan lidahku yang mengobok-obok vaginanya dengan buas.
“Winda.., boleh aku memasukkan penisku ke dalam” belum selesai kata-kataku, Winda langsung memotong.
“Nggak usah minta ijin segala, masukin kontolmu yang gede itu ke vaginaku,cepat…. Feri!”, potong Winda sambil memegang penisku dan mengarahkannya ke lobang vaginanya.
“Achh.. sempit sekali Winda.. Mmmgghh..”, vaginanya benar-benar menjepit penisku dengan kencang sekali, sehingga sensasi yang kurasakan menjadi benar-benar tak terlukiskan dengan kata-kata. Pokoknya enak banget!!
“Ooohh Feri.. kontolmu besar sekali!! HHhhmmhh.. aahh.. nikmat sekali Ferrrrrrr……!”
Perlahan-lahan, aku pun mulai menggoyangkan pantatku sehingga penisku yang gede dan hitam mulai mengocok-ngocok vaginanya. Winda pun juga menggoyangkan pantatnya yang putih mulus itu sehingga makin lama goyangan kami menjadi semakin cepat dan buas.
“Feriiiii.. hh.. hh.. hh.. aku suka kontolmu! mmhh.. lebih cepat, cepat.. keras.. aku.. hhoohhmmhh..”, racauan Winda makin lama makin tidak jelas.
“Aku hhaammpir keluuaar.. Windaaaaa.. hhmmhh..”, campuran antara goyangan, desahan, dan tampang Winda yang benar-benar seksi, merangsang, dan penuh keringat itu membuatku nggak tahan lagi.
“Keluarkan di dalam saja, Feri.. Aku jugaa.. mauu.. sampai.. hh..”.
“AAHHMMHH.. AARRGGHH.. OOHHMMHH.. NIKMAAT SEKAALLII.. AAHHMMHH..!!” kami berdua mencapai klimaks pada saat yang bersamaan.
Setelah permainan yang dahsyat itu, kami sama-sama terlelap di kamarku. Sewaktu terbangun ternyata hari sudah malam. Winda langsung pulang, takut kos-kosannya sudah dikunci kalau kemalaman. Tapi kami berjanji untuk bertemu lagi esok hari, Kami berdua masih ingin melanjutkan hubungan yang “tabu” ini. Kami sama-sama ingin mengulangi … menikmatinya.
Post a Comment