Header Ads

Cerita seks 2019 Tubuhku menggoda birahi para cowok

Cerita seks 2019 Tubuhku menggoda birahi para cowok

Kisah ini terjadi ketika aku masih SMU, ketika
umurku masih 18 tahun, waktu itu rambutku
masih sepanjang sedada dan hitam (sekarang
sebahu lebih dan sedikit merah). Di SMU aku
termasuk sebagai anak yang menjadi incaran
para cowok. Tubuhku cukup proporsional untuk
seusiaku dengan buah dada yang sedang tapi
kencang serta pinggul yang membentuk,
pinggang dan perutku pun ukurannya pas
karena rajin olahraga, ditambah lagi kulitku
yang putih mulus ini. Aku pertama mengenal
seks dari pacarku yang tak lama kemudian
putus, pengalaman pertama itu membuatku
haus seks dan selalu ingin mencoba
pengalaman yang lebih heboh. Beberapa kali
aku berpacaran singkat yang selalu berujung di
ranjang. Aku sangat jenuh dengan kehidupan
seksku, aku menginginkan seseorang yang bisa
membuatku menjerit-jerit dan tak berkutik
kehabisan tenaga.
Ketika itu aku belum diijinkan untuk membawa
mobil sendiri, jadi untuk keperluan itu orang
tuaku mempekerjakaan Bang Tohir sebagai
sopir pribadi keluarga kami merangkap
pembantu. Dia berusia sekitar 30-an dan
mempunyai badan yang tinggi besar serta
berisi, kulitnya kehitam-hitaman karena sering
bekerja di bawah terik matahari (dia dulu
bekerja sebagai sopir truk di pelabuhan). Aku
sering memergokinya sedang mengamati
bentuk tubuhku, memang sih aku sering
memakai baju yang minim di rumah karena
panasnya iklim di kotaku. Waktu mengantar
jemputku juga dia sering mencuri-curi pandang
melihat ke pahaku dengan rok seragam abu-abu
yang mini. Begitu juga aku, aku sering
membayangkan bagaimana bila aku
disenggamai olehnya, seperti apa rasanya bila
batangnya yang pasti kekar seperti tubuhnya itu
mengaduk-aduk kewanitaanku. Tapi waktu itu
aku belum seberani sekarang, aku masih ragu-
ragu memikirkan perbedaan status diantara
kami.
Obsesiku yang menggebu-gebu untuk
merasakan ML dengannya akhirnya benar-benar
terwujud dengan rencana yang kusiapkan
dengan matang. Hari itu aku baru bubaran
pukul 3 karena ada ekstra kurikuler, aku menuju
ke tempat parkir dimana Bang Tohir sudah
menunggu. Aku berpura-pura tidak enak badan
dan menyuruhnya cepat-cepat pulang. Di mobil,
sandaran kursi kuturunkan agar bisa berbaring,
tubuhku kubaringkan sambil memejamkan mata.
Begitu juga kusuruh dia agar tidak menyalakan
AC dengan alasan badanku tambah tidak enak,
sebagai gantinya aku membuka dua kancing
atasku sehingga bra kuningku sedikit tersembul
dan itu cukup menarik perhatiannya.
"Non gak apa-apa kan? Sabar ya, bentar lagi
sampai kok" hiburnya
Waktu itu dirumah sedang tidak ada siapa-
siapa, kedua orang tuaku seperti biasa pulang
malam, jadi hanya ada kami berdua. Setelah
memasukkan mobil dan mengunci pagar aku
memintanya untuk memapahku ke kamarku di
lantai dua. Di kamar, dibaringkannya tubuhku di
ranjang. Waktu dia mau keluar aku
mencegahnya dan menyuruhnya memijat
kepalaku. Dia tampak tegang dan berkali-kali
menelan ludah melihat posisi tidurku itu dan
dadaku yang putih agak menyembul karena
kancing atasnya sudah terbuka, apalagi waktu
kutekuk kaki kananku sehingga kontan paha
mulus dan CD-ku tersingkap. Walaupun memijat
kepalaku, namun matanya terus terarah pada
pahaku yang tersingkap. Karena terus-terusan
disuguhi pemandangan seperti itu ditambah lagi
dengan geliat tubuhku, akhirnya dia tidak tahan
lagi memegang pahaku. Tangannya yang kasar
itu mengelusi pahaku dan merayap makin
dalam hingga menggosok kemaluanku dari luar
celana dalamku.
"Sshh.. Bang" desahku dengan agak gemetar
ketika jarinya menekan bagian tengah
kemaluanku yang masih terbungkus celana
dalam.
"Tenang Non.. saya sudah dari dulu kesengsem
sama Non, apalagi kalau ngeliat Non pake baju
olahraga, duh tambah gak kuat Abang
ngeliatnya juga" katanya merayu sambil terus
mengelusi bagian pangkal pahaku dengan
jarinya.
Tohir mulai menjilati pahaku yang putih mulus,
kepalanya masuk ke dalam rok abu-abuku,
jilatannya perlahan-lahan mulai menjalar
menuju ke tengah. Aku hanya dapat
mencengkram sprei dan kepala Tohir yang
terselubung rokku saat kurasakan lidahnya yang
tebal dan kasar itu menyusup ke pinggir celana
dalamku lalu menyentuh bibir vaginaku. Bukan
hanya bibir vaginaku yang dijilatinya, tapi
lidahnya juga masuk ke liang vaginaku, rasanya
wuiihh..gak karuan, geli-geli enak seperti mau
pipis. Tangannya yang terus mengelus paha
dan pantatku mempercepat naiknya libidoku,
apalagi sejak sejak beberapa hari terakhir ini
aku belum melakukannya lagi.
Sesaat kemudian, Tohir menarik kepalanya
keluar dari rokku, bersamaan dengan itu pula
celana dalamku ikut ditarik lepas olehnya.
Matanya seperti mau copot melihat
kewanitaanku yang sudah tidak tertutup apa-
apa lagi dari balik rokku yang tersingkap. Dia
dekap tubuhku dari belakang dalam posisi
berbaring menyamping. Dengan lembut dia
membelai permukaannya yang ditumbuhi bulu-
bulu halus itu. Sementara tangan yang satunya
mulai naik ke payudaraku, darahku makin
bergolak ketika telapak tangannya yang kasar
itu menyusup ke balik bra-ku kemudian
meremas daging kenyal di baliknya.
"Non, teteknya bagus amat.. sama bagusnya
kaya memeknya, Non marah ga saya giniin?"
tanyanya dekat telingaku sehingga deru
nafasnya serasa menggelitik.
Aku hanya menggelengkan kepalaku dan
meresapi dalam-dalam elusan-elusan pada
daerah sensitifku. Tohir yang merasa mendapat
restu dariku menjadi semakin buas, jari-jarinya
kini bukan hanya mengelus kemaluanku tapi
juga mulai mengorek-ngoreknya, cup bra-ku
yang sebelah kanan diturunkannya sehingga dia
dapat melihat jelas payudaraku dengan

Aku merasakan benda keras di balik celananya
yang digesek-gesek pada pantatku. Tohir
kelihatan sangat bernafsu melihat payudaraku
yang montok itu, tangannya meremas-remas
dan terkadang memilin-milin putingnya.
Remasannya semakin kasar dan mulai meraih
yang kiri setelah dia pelorotkan cup-nya. Ketika
dia menciumi leher jenjangku terasa olehku
nafasnya juga sudah memburu, bulu kudukku
merinding waktu lidahnya menyapu kulit leherku
disertai cupangan. Aku hanya bisa
meresponnya dengan mendesah dan merintih,
bahkan menjerit pendek waktu remasannya
pada dadaku mengencang atau jarinya
mengebor kemaluanku lebih dalam.
Cupanganya bergerak naik menuju mulutku
meninggalkan jejak berupa air liur dan bekas
gigitan di permukaan kulit yang dilalui. Bibirnya
akhirnya bertemu dengan bibirku menyumbat
eranganku, dia menciumiku dengan gemas.
Pada awalnya aku menghindari dicium olehnya
karena Tohir perokok jadi bau nafasnya tidak
sedap, namun dia bergerak lebih cepat dan
berhasil melumat bibirku. Lama-lama mulutku
mulai terbuka membiarkan lidahnya masuk, dia
menyapu langit-langit mulutku dan
menggelikitik lidahku dengan lidahnya sehingga
lidahku pun turut beradu dengannya. Kami larut
dalam birahi sehingga bau mulutnya itu seolah-
olah hilang, malahan kini aku lebih berani
memainkan lidahku di dalam mulutnya. Setelah
puas berrciuman, Tohir melepaskan dekapannya
dan melepas ikat pinggang usangnya, lalu
membuka celana berikut kolornya. Maka
menyembullah kemaluannya yang sudah
menegang daritadi. Aku melihat takjub pada
benda itu yang begitu besar dan berurat,
warnanya hitam pula. Jauh lebih
menggairahkan dibanding milik teman-teman
SMU-ku yang pernah ML denganku. Dengan
tetap memakai kaos berkerahnya, dia berlutut
di samping kepalaku dan memintaku mengelusi
senjatanya itu. Akupun pelan-pelan meraih
benda itu, ya ampun tanganku yang mungil tak
muat menggenggamnya, sungguh fantastis
ukurannya.
"Ayo Non, emutin kontol saya ini dong, pasti
yahud rasanya kalo diemut sama Non" katanya.
Kubimbing penis dalam genggamanku ke
mulutku yang mungil dan merah, uuhh.. susah
sekali memasukkannya karena ukurannya.
Sekilas tercium bau keringat dari penisnya
sehingga aku harus menahan nafas juga terasa
asin waktu lidahku menyentuh kepalanya,
namun aku terus memasukkan lebih dalam ke
mulutku lalu mulai memaju-mundurkan
kepalaku. Selain menyepong tanganku turut
aktif mengocok ataupun memijati buah pelirnya.
"Uaahh.. uueennakk banget, Non udah
pengalaman yah" ceracaunya menikmati
seponganku, sementara tangannya yang
bercokol di payudaraku sedang asyik memelintir
dan memencet putingku.
Setelah lewat 15 menitan dia melepas penisnya
dari mulutku, sepertinya dia tidak mau cepat-
cepat orgasme sebelum permainan yang lebih
dalam. Akupun merasa lebih lega karena
mulutku sudah pegal dan dapat kembali
menghirup udara segar. Dia berpindah posisi di
antara kedua belah pahaku dengan penis
terarah ke vaginaku. Bibir vaginaku
disibakkannya sehingga mengganga lebar siap
dimasuki dan tangan yang satunya membimbing
penisnya menuju sasaran.
"Tahan yah Non, mungkin bakal sakit sedikit,
tapi kesananya pasti ueenak tenan" katanya.
Penisnya yang kekar itu menancap perlahan-
lahan di dalam vaginaku. Aku memejamkan
mata, meringis, dan merintih menahan rasa
perih akibat gesekan benda itu pada milikku
yang masih sempit, sampai mataku berair.
Penisnya susah sekali menerobos vaginaku
yang baru pertama kalinya dimasuki yang
sebesar itu (milik teman-temanku tidak
seperkasa yang satu ini) walaupun sudah
dilumasi oleh lendirku.
Tohir memaksanya perlahan-lahan untuk
memasukinya. Baru kepalanya saja yang masuk
aku sudah kesakitan setengah mati dan
merintih seperti mau disembelih. Ternyata si
Tohir lihai juga, dia memasukkan penisnya
sedikit demi sedikit kalau terhambat ditariknya
lalu dimasukkan lagi. Kini dia sudah berhasil
memasukkan setengah bagiannya dan mulai
memompanya walaupun belum masuk semua.
Rintihanku mulai berubah jadi desahan nikmat.
Penisnya menggesek dinding-dinding vaginaku,
semakin cepat dan semakin dalam, saking
keenakannya dia tak sadar penisnya ditekan
hingga masuk semua. Ini membuatku merasa
sakit bukan main dan aku menyuruhnya
berhenti sebentar, namun Tohir yang sudah
kalap ini tidak mendengarkanku, malahan dia
menggerakkan pinggulnya lebih cepat. Aku
dibuatnya serasa terbang ke awang-awang,
rasa perih dan nikmat bercampur baur dalam
desahan dan gelinjang tubuh kami.
"Oohh.. Non Citra, sayang.. sempit banget..
memekmu.. enaknya!" ceracaunya di tengah

Dengan tetap menggenjot, dia melepaskan
kaosnya dan melemparnya. Sungguh tubuhnya
seperti yang kubayangkan, begitu berisi dan
jantan, otot-ototnya membentuk dengan indah,
juga otot perutnya yang seperti kotak-kotak.
Dari posisi berlutut, dia mencondongkan
tubuhnya ke depan dan menindihku, aku merasa
hangat dan nyaman di pelukannya, bau
badannya yang khas laki-laki meningkatkan
birahiku. Kembali dia melancarkan pompaannya
terhadapku, kali ini ditambah lagi dengan
cupangan pada leher dan pundakku sambil
meremas payudaraku. Genjotannya semakin
kuat dan bertenaga, terkadang diselingi dengan
gerakan memutar yang membuat vaginaku
terasa diobok-obok.
"Ahh.. aahh.. yeahh, terus entot gua Bang"
desahku dengan mempererat pelukanku.
Aku mencapai orgasme dalam 20 menit dengan
posisi seperti ini, aku melepaskan perasaan itu
dengan melolong panjang, tubuhku mengejang
dengan dahsyat, kukuku sampai menggores
punggungnya, cairan kenikmatanku mengalir
deras seperti mata air. Setelah gelombang
birahi mulai mereda dia mengelus rambut
panjangku seraya berkata, "Non cantik banget
waktu keluar tadi, tapi Non pasti lebih cantik
lagi kalau telanjang, saya bukain bajunya yah
Non, udah basah gini".
Aku cuma bisa mengangguk dengan nafas
tersenggal-senggal tanda setuju. Memang
badanku sudah basah berkeringat sampai baju
seragamku seperti kehujanan, apalagi AC-nya
tidak kunyalakan. Tohir meloloskan pakaianku
satu persatu, yang terakhir adalah rok abu-
abuku yang dia turunkan lewat kakiku, hingga
kini yang tersisa hanya sepasang anting di
telingaku dan sebuah cincin yang melingkar di
jariku.
Dia menelan ludah menatapi tubuhku yang
sudah polos, butir-butir keringat nampak di
tubuhku, rambutku yang terurai sudah kusut.
Tak henti-hentinya di memuji keindahan
tubuhku yang bersih terawat ini sambil
menggerayanginya. Kemudian dia balikkan
tubuhku dan menyuruhku menunggingkan
pantat. Akupun mengangkat pantatku
memamerkan vaginaku yang merah merekah di
hadapan wajahnya. Tohir mendekatkan
wajahnya ke sana dan menciumi kedua
bongkahan pantatku, dengan gemas dia
menjilat dan mengisap kulit pantatku,
sementara tangannya membelai-belai punggung
dan pahaku. Mulutnya terus merambat ke arah
selangkangan. Aku mendesis merasakan
sensasi seperti kesetrum waktu lidahnya
menyapu naik dari vagina sampai anusku.
Kedua jarinya kurasakan membuka kedua bibir
vaginaku, dengusan nafasnya mulai terasa di
sana lantas dia julurkan lidahnya dan
memasukkannya disana. Aku mendesah makin
tak karuan, tubuhku menggelinjang, wajahku
kubenamkan ke bantal dan menggigitnya,
pinggulku kugerak-gerakkan sebagai ekspresi
rasa nikmat.
Di tengah-tengah desahan nikmat mendadak
kurasakan kok lidahnya berubah jadi keras dan
besar pula. Aku menoleh ke belakang, ternyata
yang tergesek-gesek di sana bukan lidahnya lagi
tapi kepala penisnya. Aku menahan nafas
sambil menggigit bibir merasakan
kejantanannya menyeruak masuk. Aku
merasakan rongga kemaluanku hangat dan
penuh oleh penisnya. Urat-urat batangnya
sangat terasa pada dinding kemaluanku.
"Oouuhh.. Bang!" itulah yang keluar dari
mulutku dengan sedikit bergetar saat penisnya
amblas ke dalamku.
Dia mulai mengayunkan pinggulnya mula-mula
lembut dan berirama, namun semakin lama
frekuensinya semakin cepat dan keras. Aku
mulai menggila, suaraku terdengar keras sekali
beradu dengan erangannya dan deritan ranjang
yang bergoyang. Dia mencengkramkan kedua
tangannya pada payudaraku, terasa sedikit
kukunya di sana, tapi itu hanya perasaan kecil
saja dibanding sensasi yang sedang melandaku.
Hujaman-hujaman yang diberikannya
menimbulkan perasaan nikmat ke seluruh

Aku menjerit kecil ketika tiba-tiba dia tarik
rambutku dan tangan kanannya yang bercokol
di payudaraku juga ikut menarikku ke belakang.
Rupanya dia ingin menaikkanku ke
pangkuannya. Sesudah mencari posisi yang
enak, kamipun meneruskan permainan dengan
posisi berpangkuan membelakanginya. Aku
mengangkat kedua tanganku dan melingkari
lehernya, lalu dia menolehkan kepalaku agar
bisa melumat bibirku. Aku semakin intens
menaik-turunkan tubuhku sambil terus
berciuman dengan liar. Tangannya dari
belakang tak henti-hentinya meremasi dadaku,
putingku yang sudah mengeras itu terus saja
dimain-mainkan. Gelinjang tubuhku makin tak
terkendali karena merasa akan segera keluar,
kugerakkan badanku sekuat tenaga sehingga
penis itu menusuk semakin dalam.
Mengetahui aku sudah diambang klimaks, tiba-
tiba dia melepaskan pelukannya dan berbaring
telentang. Disuruhnya aku membalikan badanku
berhadapan dengannya. Harus kuakui dia
sungguh hebat dan pandai mempermainkan
nafsuku, aku sudah dibuatnya beberapa kali
orgasme, tapi dia sendiri masih perkasa. Dia
biarkan aku mencari kepuasanku sendiri dalam
gaya woman on top. Kelihatannya dia sangat
senang menyaksikan payudaraku yang
bergoyang-goyang seirama tubuhku yang naik
turun. Beberapa menit dalam posisi demikian
dia menggulingkan tubuhnya ke samping
sehingga aku kembali berada di bawah.
Genjotan dan dengusannya semakin keras,
menandakan dia akan segera mencapai klimaks,
hal yang sama juga kurasakan pada diriku.
Otot-otot kemaluanku berkontraksi semakin
cepat meremas-remas penisnya. Pada detik-
detik mencapai puncak tubuhku mengejang
hebat diiringi teriakan panjang. Cairan cintaku
seperti juga keringatku mengalir dengan
derasnya menimbulkan suara kecipak.
Tohir sendiri sudah mulai orgasme, dia
mendesah-desah menyebut namaku, penisnya
terasa semakun berdenyut dan ukurannya pun
makin membengkak, dan akhirnya.. dengan
geraman panjang dia cabut penisnya dari
vaginaku. Isi penisnya yang seperti susu kental
manis itu dia tumpahkan di atas dada dan
perutku. Setelah menyelesaikan hajatnya dia
langsung terkulai lemas di sebelah tubuhku
yang berlumuran sperma dan keringat. Aku
yang juga sudah KO hanya bisa berbaring di
atas ranjang yang seprei nya sudah berantakan,
mataku terpejam, buah dadaku naik turun
seiring nafasku yang ngos-ngosan, pahaku
masih mekangkang, celah vaginaku serasa
terbuka lebih lebar dari biasanya. Dengan sisa-
sisa tenaga, kucoba menyeka ceceran sperma
di dadaku, lalu kujilati maninya dijari-jariku.
Sejak saat itu, Tohir sering memintaku
melayaninya kapanpun dan dimanapun ada
kesempatan. Waktu mengantar-jemputku tidak
jarang dia menyuruhku mengoralnya.
Tampaknya dia sudah ketagihan dan lupa
bahwa aku ini nona majikannya, bayangkan saja
terkadang saat aku sedang tidak ‘mood’
pun dia memaksaku. Bahkan pernah suatu
ketika aku sedang mencicil belajar menjelang
Ebtanas yang sudah 2 minggu lagi, tiba-tiba dia
mendatangiku di kamarku (saat itu sudah
hampir jam 12 malam dan ortuku sudah tidur),
karena lagi belajar aku menolaknya, tapi saking
nafsunya dia nekad memperkosaku sampai
dasterku sedikit robek, untung kamar ortuku
letaknya agak berjauhan dariku. Meskipun
begitu aku selalu mengingatkannya agar
menjaga sikap di depan orang lain, terutama
ortuku dan lebih berhati-hati kalau aku sedang
subur dengan memakai kondom atau
membuang di luar. Tiga bulan kemudian Tohir
berhenti kerja karena ingin mendampingi
istrinya yang TKW di Timur Tengah, lagipula
waktu itu aku sudah lulus SMU dan sudah
diijinkan untuk membawa mobil sendiri.

No comments

Powered by Blogger.