Ngentot dengan kekasih yg terpaksa
Ngentot dengan kekasih yg terpaksa
ini mengisahkan bagaimana cerita sex hot dengan kekasihku yang perkasa, suatu kisah seks yang menceritakan tentang pengalaman seorang gadis yang memiliki kekasih perkasa yang punya gairah seks tinggi dan kuat. bagaimana kisahnya? Yuk kita ikuti cerita dewasa, kekasihku perkasa berikut ini. Ketika sang malam melengkapi perhiasan jubah langit dengan permata bintang-bintang, di lembah itu aku duduk sambil memandang tahta awan-gemawan yang berwarna keperakkan karena cahaya bulan malam itu. Dan ketika bunga mawar dari dalam kandungan hutan ngarai menjelma menjadi seorang pemuda tampan nan kesatria yang di lahirkan oleh tangan bidadari, kemudian pemuda itu menghampiriku seraya menggenggam tanganku dan menatap mataku, angin pun membawa gelombang kemesraan kami berdua ke segenap penjuru dunia.
Mata sayunya menatap dalam ke arah mataku, seakan-akan ingin memporak-porandakan perasaanku, dan menegaskan kata cinta di dalam setiap ruang gerak kehidupanku. Ketika mulutnya bergerak dan mengeluarkan kata, aku seperti merasakan adanya irama sebuah kata yang masuk ke telingaku, bagaikan alunan dawai-dawai gitar para dewa-dewa.
“Cintaku bagai piramidamu dan abad pun tak mampu menghancurkannya, dan cintaku bagai bunga anggrek hingga cuaca pun tak bisa menaklukkannya, aku mengagumi daya tarik misterimu,” lirih dan tegas kata-kata itu ia ucapkan sambil merekatkan bibirnya ke bibirku.
Mendengar semua itu aku hanya diam, tapi jauh di dalam hatiku tumbuh sebuah pengharapan semoga tidak akan ada sesuatu pun juga yang akan menimpa kekasih hatiku ini. Sambil merasakan kecupannya, dan ketika bibirnya telah bersatu dengan bibirku, aku merasakan kehangatan nafas serta kesegarannya membawaku ke rasa anggur keindahan yang baru saja dipanen dan diperas sarinya oleh pemuda-pemuda Prancis di pertengahan bulan April.
“Betapa murah hati seni persahabatanmu..,” hampir tidak terdengar kata itu kuucapkan.
Aku pun menarik nafas dalam, seakan-akan tarikannya ingin membawa pemuda itu masuk ke dalam jiwaku. Dan kududukkan ia di singgasana hatiku, agar ia dengan bijaksana dan penuh kearifan menjalankan roda perasaanku. Dan pemuda itu pun hanya tersenyum manis nan menawan, semanis buah arbei di selatan kota Athena.
“Betapa berlimpahnya cintamu dan betapa manis harapan keagunganmu akan diriku, dan belaianku di dadamu ini sebagai tanda kemuliaan, keperkasaan dan keberanianmu..,” sambil kusentuh lembut dada bidang pemuda pujaan hatiku ini. Pemuda itu pun membiarkan saja tubuh sempurnanya dikuasai oleh tangan cintaku, hingga hembusan nafas birahi pemuda itu membahana ke penjuru malam.
Dan ketika pemuda pujaan hatiku ini mulai tergerak rasa perlawanan api asmaranya, dan ketika tangan-tangan kekar pemuda itu mulai membalut tubuh dinginku, aku pun memasrahkan diriku dalam pelukan pemuda itu, hingga pemuda itu tidak dapat lagi melawan hawa nafsunya sendiri. Dengan hausnya ia meminta air asmaraku, melumat bibirku, mendekapku, meraba dan membelai di setiap lekuk tubuhku. Tangan jantannya mulai mengobrak-abrik bagian terlarang tubuhku yang memang hanya diperuntukkan dan hanya boleh dinikmati oleh pemuda pujaan hatiku ini.
Dengan tiba-tiba pemuda itu melepaskan pelukannya, ia pun lalu berdiri tegak di hadapanku laksana kesatria yang gagah perkasa lagi pemberani. Dan tangan berototnya mulai melepaskan helaian benang-benang penutup tubuh sempurnanya, helaian itu pun jatuh satu persatu, bagaikan gugurnya dedaunan di awal musim gugur tahun lalu.
Kini pemuda itu berdiri polos di hadapanku, seakan ingin menunjukkan bahwa dirinya hanya di persembahakan untuk kunikmati. Aku tidak kuasa menyembunyikan rasa pesonaku melihat pemuda tampan yang sangat diimpikan dan menjadi harapan para kaum gay. Dengan tubuh yang sempurna, berdada bidang dengan perhiasan bulu-bulu kecil daridada hingga ke bagian bawah pemuda itu, lengan kekar lagi berotot, rambut hitam kecoklatan lurus dan agak bergelombang, bermata sayu namun bagaikan menyimpan sebilah belati tajam dalam setiap tatapannya, memiliki kulit coklat yang menghiasi seluruh tubuh pemuda itu, dan kebesaran hawa nafsu yang ia miliki sangatlah sempurna begitu keras, padat, liat dan memiliki diameter yang sangat menakjubkan yang dapat membawa lawan pencintanya terkapar-kapar dalam permainan asmaragama yang begitu nikmat bahkan teramat nikmat, namun sangatlah jauh di dalam hatiku, aku merasa menjadi orang yang teristimewa pilihan para penghuni kayangan, karena hanya diriku lah yang dapat menjadi penghuni ruang hampa sukma pencinta pemuda itu, dan hanya aku lah yang yang dapat bersatu dalam jiwa pemuda pujaan hatiku ini.
“Ah.., kau memang sempurna..!” pujian itu kupersembahkan untuknya.
Lalu ia pun berkata, “Jika darahku mengalir sesuai kehendakmu, maka mengalirlah ia, jikalau kakiku melangkah selain di jalanmu, maka lumpuhkanlah ia, apapun keinginanmu atas jasmaniku ini, asal jiwaku gembira di padang rumput ini dan tentram dalam bayang-bayang sayapmu, aku ikhlaskan diriku malam ini untukmu hingga berakhirnya waktu bagi kehidupan umat manusia.”
Lalu ia pun merunduk dan menciumku, dan ciuman itu memperkenalkan aku pada desah agung, dan ciumannya bagaikan kecupan surga di bibirku, serta mengajariku bahwa bibir yang terpagut di dalam cinta, menyingkap rahasia langit yang tidak terungkap oleh lidah.
“Ciumlah aku, duhai kekasih hatiku..!” lirihku.
Dengan perasaan cinta dan gairah, pemuda itu pun melumat bibirku, hingga membuat kobaran birahiku menjadi panas, ritmix gerak tubuh perkasanya menari-nari di atas tubuhku, nafas birahinya menghembus kencang menyapu dan menyentuh hamparan kulitku, laksana badai angin puyuh di padang havana, pelukannya kuat membelenggu jiwaku dalam rantai birahinya. Kupejamkanmataku sambil menikmati hidangan asmara birahi.
“Aku malam ini milikmu, dan esok lusa masih milikmu sampai matahari tak bersinar aku masih bersembunyi dalam rongga jiwamu.” kudesahkan janji itu di telinga kanannya sambil terus menikmati percintaanku dengan pemuda kekasih hatiku ini.
Kata-kataku laksana cambuk, hingga ia makin memburu menciptakan senggama yang nikmat, yang hanya diperuntukkan buatku.
Tubuh kekar itu pun mulai liat, dan tangan jantannya erat mencengkram hasratku, pancaran pesona wajahnya mulai bersinar menyinari cinta, sungguh pemuda tampan, wajah berkarakter, dengan senyuman menawan di antara erangan kenikmatan, bahkan pemuda itu makin terlihat gagah perkasa, ketika otot-otot tubuhnya mulai mengencang pada saat ia mulai mencapai puncak kenikmatan surgawi yang kami rengkuh berdua pada malam ini. Bersamaan dengan pencapaian puncak kenikmatan, pemuda itu pun mendekapku erat, namun penuh dengan hasrat cinta kasih, hingga dari dalam dekapan pemuda itu, aku merasakan curahan air kesucian cinta telah menyiramijiwa yang gersang oleh panasnya badai penantian kedatangan pasangan jiwa.
Setelah lelah dari perjalan hasrat surgawi, kami pun mengistirahatkan diri dan rasa kami berdua dalam satu dekapan mesra, dan duduk di atas bukit laksana pengantin remaja, yang bertahtakan bintang gemintang, mengukir angan-angan di hadapan alam raya, sunyi menyelimuti seakan keagungan cinta telah melolosiku dari kepengecutanku dan membuatku mampu bergerak. Tiba-tiba suara lembut dan tegas tapi menyimpan wibawa kearifan yang tinggi, telah memecahkan kesunyian di antara kami berdua.
“Di hadapanmu, kekasihku, kehidupan tempat aku menjadi besar dan indah, suatu kehidupan yang awalnya pertemuan denganmu yang memiliki keabadian seperti apa yang kuyakini, karena aku yakin jasmanimu mampu mengembalikan kekuatan yang telah dianugerahkan harum bunga mawar kepadaku.” lembut kata-kata itu menerobos masuk ke dalam jiwaku melalu daun telingaku, hingga tanpa sadar airmataku pun mengalir seakan ikut merasakan kebahagian hatiku.
Aku tidak tahu harus melakukan apa yang pantas untuk pemuda kekasih hatiku ini, sesudah ucapan terimakasih atas segala rasa dan asa untuk menyatukan dua rasa dalam satu ikrar yang tidak bertuan.
Pemuda itu lalu meletakkan tangannya di wajahku, dan jari-jari kekarnya lembut mengusap air mataku.
“Sudahlah.., jangan menangis kekasihku, karena sekarang kau telah menemukan aku, aku lah kekasihmu, dan aku lah sahabat jiwamu.” pemuda itu menyebarkan biji-biji janji di ladang sukmaku.
“Kekasihku… kemarilah..! Aku akan memelukmu hingga kau merasa damai, tenang serta aman.”
Pemuda itu pun merekatkan tubuhnya ke tubuhku, dan lengan berotot itu melingkar di antara tubuhku, hingga akhirnya aku sudah berada dalam pelukan pemuda perkasa lagi gagah pemberani laksana kesatria perang melawan keangkaramurkaan.
“Peluklah aku hingga aku tertidur duhai kekasih jiwaku..!” kubisikkan kata-kata itu dengan penuh harap dari dalam pelukan sang pemuda pengantin jiwaku.
Dan pemuda itu pun makin merekatkan pelukannya seakan-akan enggan melepaskan diriku kembali dari dalam pelukannya. Sungguh benar-benar pelukan yang panjang dan suci dari dalam cinta yang suci pula, laksana kecintaan sang dewa-dewa pada keindahan dan keabadian.<
Post a Comment