Header Ads

Cerpen Seks Papa menjual Anak Demi Judi

Cerpen Seks Papa menjual Anak  Demi Judi 

Cerpen Seks Papa menjual Anak  Demi Judi

Saat pulang sekolah ku lihat ada sebuah mobil terparkir di halaman depan rumah. Ternyata kami kedatangan tamu yang sedang berurusan dengan masalah Papa ku.

“Pokoknya saya tidak mau tahu. Segera lunasi!” terdengar suara bernada tinggi dari dalam rumah


Rasa penasaran segera mengantarkan langkah ku menuju ke depan pintu lalu ku lihat ada tiga orang pria berbadan kekar sedang mengintimidasi Papa ku.

“Tapi Pak saya masih belum bisa melunasi sekarang” Papa mencoba bernegosiasi
“Tidak bisa! Pokoknya harus…”

Pria itu lantas menghentikan ucapan lantangnya karena melihat ku hendak memasuki rumah. Tampaknya ia adalah bos dari dua bodyguard yang tengah menagih hutang pada Papa. Pandangannya tampak menganggu perasaan ku lantaran seolah ingin menjiilat setiap inchi bagian tubuh ku. Kedua bodyguardnya juga tak kalah nafsu karena terlihat ekspresi muka dan gestur menelan ludah yang mereka tunjukkan.

  
“Om” Sapa ku sembari menganggukan kepala dan senyum menoreh di bibir

Sayangnya sapaan ku tetap tidak mendapatkan itikad baik. Pandangan mata mereka masih terlalu liar untuk memelotoi setiap bagian tubuh indah ku. Bagaimana tidak, parasku cantik didukung dengan lesung pipit di setiap sudut bibir. Rambut ku panjang sebahu terikat kebelakang model ponytail, kata teman-teman membuat kecantikanku meningkat sepuluh kali lipat.


Aku tahu hal yang membuat mereka terpana bukan hanya dari paras ku yang cantik namun juga tubuhku yang lumayan seksi. Seragam yang aku kenakan cukup menggoda dengan potongan kemeja putih ketat membuat buah dada ku lebih menonjol di balik logo bertuliskan osis. Rok abu-abu pendek di atas lutut tak kalah menarik birahi para pria hidung belang itu, pasalnya paha mulus di bawah lipatan rok memberikan godaan tersendiri.

Merasakan situasi yang begitu mencekam karena pandangan nafsu para pria bermata keranjang itu, aku segera beranjak pergi ke kamar untuk mengganti baju.

“Saya akan mengangsurnya untuk bulan ini” Papa memulai kembali pembicaraan
“Tidak bisa! Angsuran itu hanya bisa mengurangi bunganya saja” tolak pria pemberi hutang itu
“Tapi Pak…”
“Tidak ada tapi-tapian, kecuali…”
“Kecuali apa?” tanya Papa

Di dalam kamar aku tidak mempedulikan masalah apa yang sedang dihadapi oleh Papa. Semenjak perceraian dengan Mama, Papa selalu melakukan hal-hal yang tidak jelas. Mulai dari mabuk-mabukan serta berjudi dengan teman-temannya di sebuah klub malam.

“Dara” panggil Papa ku dari luar
“Iya Pa?” sahut ku sembari membetulkan pakaian yang baru saja aku ganti


Aku pun segera menuju kembali ke ruang tamu, kali ini mengenakan kaos putih yang cukup ketat dan celana hotpant pendek yang memamerkan kemulusan paha ku. Kembali ku rasakan atmosfer ruang tamu dipenuhi nafsu membara sekelompok penagih hutang itu. Entah hanya perasaan ku saja, bos yang ada ditengah terlihat tersenyum bahagia. Aku mulai duduk di samping Papa dihadapan ketiga pria mupeng itu.

“Saya akan mengurangi bunganya dengan syarat…”
“Apa itu Pak?”
“Syaratnya putri bapak harus bekerja di klub malam saya” ujar pria itu memberikan tawaran
“Ta… tapi Pak” Papa tampak tidak rela
“Maaf Pak saya keberatan karena masih sekolah” Aku memotong pembicaraan
“Tenang saja kamu hanya perlu bekerja seminggu dua kali” Ujar pria itu
“Baik Pak saya setuju” Papa langsung mengiyakan
“Papa! Dara gak bisa” rengek ku
“Dara, Papa Janji akan segera melunasi hutangnya sehingga kamu tidak perlu lama-lama bekerja” Papa membujuk ku
“Tapi Pa…” bantah ku dengan mata berkaca-kaca
“Tenang cantik, enak kok kerja di sana, nanti saya kasih bonus” rayu pemilik klub sembari mengedipkan mata

Sungguh jijik melihat tatapan mereka yang penuh birahi namun negosiasi itu tetap berjalan sesuai dengan keinginan mereka karena Papa sudah tak bisa berbuat apa-apa.


Hari demi hari aku terus memikirkan bagaimana nasib ku bila bekerja di sebuah klub malam. Sebenarnya aku tidak terima harus diperlakukan seperti ini. Hutang itu terjadi karena kelakuan Papa yang selalu berjudi tiap malam dan tak pernah menang. Penghasilannya selalu habis untuk melakukan taruhan sehingga harus terjebak hutang piutang karena dibujuk sang pemilik klub malam yang sebetulnya hanyalah sebuah perangkap. Walaupun begitu mau tak mau aku harus menerima kesepakatan tersebut dan meminta Papa berjanji untuk tidak melakukan kebiasaan bodoh itu lagi.

Akhir pekan pun tiba, aku memulai pekerjaan ku di hari jum’at malam sabtu karena klub itu hanya ramai di waktu-waktu tertentu. Aku bekerja seminggu dua kali yakni malam sabtu dan malam minggu. Kali ini aku mengenakan baju yang tertutup dengan mengenakan kaos berbalut jaket untuk menutup lekuk tubuhku serta celana jeans panjang agar tidak menampilkan kemulusan paha.

Ketika memasuki klub, petugas langsung mengantarkan ku ke ruangan Om Hendra bos pemilik klub malam.

“Kamu siap bekerja malam ini Dara?” tanya beliau

Aku hanya terdiam mengisyaratkan rasa berat hati untuk bekerja di tempat ber-image buruk itu.

“Ini seragam kamu” ujar beliau sembari menodorkan beberapa potong pakaian

Cerita Dewasa Dara Yang Tidak Bersalah
Aku sungguh terkejut karena ternyata tidak bisa memakai pakaian bebas yang sedang ku kenakan saat ini.

“Om ini terlalu pendek” keluh ku
“Iya memang, Kamu kira ini supermarket apa? mau pakai pakaian bebas”
“Tapi Om…”
“Sudah cepat ke ruang ganti!” perintah Om Hendra bernada tinggi

Pria itu memaksa ku mengenakan pakaian seragam yang memalukan. Bagaimana tidak, model bajunya teramat seksi dengan kemeja putih ketat tanpa lengan. Lekuk buah dada ku terlihat lebih menonjol dari biasanya. Belum lagi model rok berwarna merah dengan motif kotak-kotak khas seragam sekolah siswi di Jepang turut membuat ku tak nyaman karena lebih pendek dibandingkan rok seragam sekolah asli ku. 

Sedikit saja membungkuk pasti terlihat celana dalam ku. Apalagi hari ini aku mengenakan celana dalam berwana pink, pasti menjadi santapan para pria bermata keranjang. Bagaimanapun aku harus tetap menerima segala konsekuensi bekerja di klub malam tersebut karena telah menandatangi perjanjian kontrak dengan mereka.


Debut pertamaku bekerja di klub itu disambut dengan iringan musik electronic dance ala diskotik. Pekerjaan ini cukup mudah tanpa memerlukan keahlian khusus namun yang pasti cantik dan seksi tetap dibutuhkan. Justru tampil cantik dan seksi inilah yang menjadi tantangan dalam bekerja, karena setiap kali aku berjalan diantara para lelaki, tangan-tangan dan jari jemari mereka selalu mencolek-colek tubuh ku, khususnya bagian pinggul, paha dan payudara. Beberapa kali aku mencoba mencemooh namun tak bisa ku lihat siapa pelakunya karena aku berjalan di kerumunan orang-orang yang sedang bergoyang dan berdansa.

Pesanan demi pesanan ku antarkan ke masing-masing meja hingga ada satu pesanan yang harus diantarkan ke ruangan VVIP.

Sebuah ruangan khusus di sudut aula diskotik dengan penerangan lampu yang sengaja di buat redup remang-remang. Kesan pertama saat memasuki ruangan tersebut adalah bau asap rokok yang cukup pengap dan bebauan alkohol menusuk hidung. Di dalam ruangan tersebut ada sebuah meja yang masing-masing sisinya terdapat sofa panjang yang mengelilinginya. Di sana lah kelima pria yang menerima pesanan ku sedang menikmati pesta miras dan mabuk kepayang.

“Silahkan pesanannya”

Ku letakkan pesanan 2 botol minuman keras beserta 5 buah gelas untuk memulai pesta.

“Baru ya?” sapa salah satu dari mereka
“Iya Kak” jawabku dengan senyum


Semakin aku berusaha bersikap sopan, anehnya mereka justru menanggapi sikap ku seolah manis manja merayu mereka.

“Temenin kita di sini dong” rayu salah satu dari mereka

Pemuda itu tampak mencoba merangkul pundak ku namun aku menepisnya.

“Maaf Kak, saya masih harus mengantar pesanan lainnya” jawab ku
“Ayo dong cantik” Rayu pemuda yang lain sembari mencolek dagu ku
“Jangan Kak” rintih ku
“Kamu seksi sekali cantik” ujar salah satu dari mereka seraya mengelus pinggul ku
“Awwww!” pekik ku

Tanpa sempat mencemooh ketidak sopanan mereka, aku segera berlari meninggalkan ruangan VVIP itu Kelakuan mereka seolah memperlakukan ku seperti wanita penghibur.

Ketika aku kembali ke meja pengambilan pesanan, salah seorang karyawan mengatakan bahwa pesanan tadi berasal dari Reno, anak pemilik klub ini. Untung saja aku tidak berlama-lama di sana karena bisa jadi ia akan memaksa ku melakukan apa saja sebagai tuan muda sang pemilik Klub Malam.


Tak terasa waktu terus berjalan hingga Klub Malam itu mulai sepi ditinggalkan oleh pengunjung. Aku pun mulai bergegas untuk pulang karena besok aku haru ke sekolah. Sayangnya saat aku tiba di depan loker tempat penyimpanan baju, baru ku sadari bahwa kunci di saku rok mendadak hilang.

“Mana kunci gue?” gerutu ku

Di dalam loker itu tersimpan pakaian ganti yang ku kenakan saat berangkat ke klub malam. Apabila kunci loker itu hilang tidak mungkin aku pulang ke rumah dengan mengenakan pakaian yang terbuka seperti ini. Bisa-bisa aku diperkosa di jalan menuju rumah yang cukup jauh dari tempat ini.

Aku mencoba mengingat-ingat dimana kunci itu berada, namun belum sempat aku melangkahkan kaki untuk keluar ruangan, seorang pemuda tengah berdiri di depan pintu.

“Nyariin kunci ya?” tanya pria itu

Pria itu terlihat tidak asing karena baru saja aku bertemu dengannya di ruang VVIP tadi. Ia salah satu dari kelima pria yang berpesta miras di ruangan tersebut.

“Sepertinya jatuh di ruangan tadi” ujarnya meyakinkan


Ia menduga bahwa kunci loker ku mungkin terjatuh waktu aku mengantarkan minuman di ruang VVIP. Aku menuruti kata-katanya karena setidaknya aku juga perlu memeriksa ruangan itu. Kami berdua menuju ke ruang VVIP namun ternyata kelima pria tadi masih berada di sana.

“Duduk sini manis” ajak salah seorang yang sedang duduk di sofa
“Aku lagi cari kunci Kak” jawab ku
“Duduk dulu sini, nanti kita bantu cari” rayu pria tadi sembari menduduk kan ku di sofa

Mau tak mau aku mengikuti kemauan mereka karena tidak mungkin juga aku harus pulang dengan pakaian seperti ini. Aku tidak bisa membayangkan jika harus berjalan malam-malam dengan pakaian yang sangat terbuka seperti ini.

Kini aku duduk di tengah dua pria yang salah satunya bernama Reno. Sementara ke tiga pria yang lain duduk di sisi sofa lainnya.

“Siapa nama kamu cantik?” tanya Reno yang sedang duduk di samping kanan
“Dara Kak” ujar ku sembari terus memegang erat pucuk rok yang aku kenakan
“Kok tegang sih, rileks dong” rayu pria yang di samping kiri


Bagaimana aku bisa tenang di dalam ruangan yang dipenuhi kepulan asap rokok. Belum lagi bau alkohol sangat mencuat menusuk hidung kala mereka meneguk setiap sloki minuman tersebut. Satu hal yang membuat ku sangat merasa tidak nyaman adalah jari jemari tangan mereka yang selalu mencolek-colek tubuh ku. Telapak tangannya tak henti-hentinya mendarat di atas paha ku yang terbuka lebar ditambah lagi jari jemari mereka mencolek lengan dan dagu ku.

“Kak, aku mau pulang, besok harus ke sekolah” kataku dengan nada memelas
“Santai dulu sini” jawab salah seorang dari mereka
“Kamu kelas berapa Dara?”

Reno mengajukan sebuah pertanyaan sembari menyodorkan gelas kecil berisi minuman beralkohol dengan bau yang sangat kuat hingga membuat ku sedikit pusing.

“Kelas 2 Kak” jawab ku seraya menolak minuman yang ia tawarkan
“Minum dikit aja, nanti aku anterin pulang” rayu Reno


Bagaimanapun dengan terpaksa aku harus menerima tawaran untuk meminum seteguk minuman beralkohol merek kelas atas itu. Rasanya sedikit pahit namun cukup hangat di tenggorokan, seteguk minuman itu tak akan membuat ku mabuk pikirku.

“Sekolah di mana?” tanya pria di sampingku sembari mengelus-elus paha ku
“Jangan Kak” keluh ku sembari menepis tangan nakalnya

Sebenarnya aku sudah tak tahan berada di ruangan itu namun apadaya tidak akan mudah langsung pergi dari sana. Belum lagi aku tidak bisa pulang sebelum kunci loker ku ditemukan. Seiring berjalannya waktu tanpa sadar aku mulai terjebak dalam perangkap mereka. Mereka terus mengalihkan perhatian ku dengan obrolan dan pertanyaan-pertanyaan. Tanpa sadar telah meneguk beberapa gelas minuman memabukkan itu.

“Kamu sudah punya pacar belum?” tanya Reno

Kepala ku mulai terasa berat dan tubuhku semakin sulit untuk di gerakkan. Berbicara dengan normal saja terasa sangat sulit. Pandangan mata ku mulai kabur, hanya seberkas cahaya lampu remang-remang yang masih terlihat. Suara mereka pun juga mulai terdengar secara samar-samar karena kesadaran ku perlahan menghilang efek minuman beralkohol kelas tinggi itu.

“Dara kamu sudah pernah ciuman?” tanya Reno

Tak begitu jelas apa yang Reno tanyakan namun terdengar sedikit kata-kata cium.


Dalam keadaan mabuk dan kehilangan kesadaran itu aku masih bisa merasakan jamahan-jamahan tangan-tangan nakal para pria yang sedang dilanda birahi itu. Kurasakan rabaan jari telunjuk pada bagian bibir ku seolah bersiap untuk melancarkan ciuman panas.

“Kak plisss Dara pengen pulang” rintih ku setengah sadar sembari menghindari rabaan di bibir

Satu persatu dari mereka mulai melancarkan serangan dengan menggerayangi sekujur tubuhku, terutama bagian paha dan selangkangan. Mereka membuka kedua kaki ku lebar-lebar sehingga membuat bagian bawah tubuh ku terasa lebih dingin.

“Nih cewek bener-bener asoy” ucap salah seorang yang terdengar samar

Aku tak kuasa untuk menepis setiap jamahan mereka pada setiap sudut bagian sensitif kewanitaan ku karena kepala ku tak bisa berpikir dengan jernih.

“Mmmmhhhhh” erang ku karena tiba-tiba cumbuan mendarat di bibir ku
“Cruuuuup cruuuuuup” suara peraduan cumbu

Tanpa ku sadari Reno telah melancarkan cumbuan maut pada bibir manis ku.

“Mmmmhh Kak jangan”





Tak sempat aku menutup bibir ku kembali, pria di sampingku juga tak ingin melewatkan kesempatan untuk mendaratkan ciumannya juga.

“Mmmmmhhhhh”
“Cruuuup cruuuppp” peraduan cumbu terdengar lagi

Kala mereka asyik menikmati peraduan cumbu, aku mulai merasa geli dan membuat ku terangsang di bagian dada khususnya pada puting susu. Tanpa aku sadari aku sudah bertelanjang dada dengan keadaan kemeja ku terbedah karena kancing baju yang tertanggalkan.

“Jangan Kak mmmmhhhhh” keluhku yang terpotong oleh cumbuan ketiga

Sementara bagian bibirku di oper-oper dari satu bibir ke bibir lain, aku tak menyadari bahwa kancing baju ku sudah ditanggalkan satu persatu. Sepertinya jari jemari mereka tengah menyusup ke dalam bra yang aku kenakan.

“Tarik sob!” terdengar lagi suara mereka sayup-sayup


Ku lihat secara samar-samar seutas kain putih melayang di atas kepala, tak lain adalah bra penutup buah dada kembar ku. Belum lagi kurasakan seutas kain yang tengah menuruni bagian pinggul hingga menuju ke paha dan betis. Mereka sepertinya tengah menarik celana dalam ku supaya bisa menjamah bagian bawah kewanitaan ku. Dalam keadaaan setengah sadar dan dilanda mabuk kepayang itu mereka melucuti pakaian ku satu persatu.

“Kak Pliss hiks hiks” pekik ku disertai isak tangis

Apadaya sekujur tubuh ku kini telah menjadi santapan birahi mereka. Bra yang aku kenakan telah terkoyak salam satu tarikan. Semantara bagian selangkangan yang tak terlindungi oleh celana dalam, kini terbuka lebar menampilkan liang kewanitaan ku yang menggoda.

“Perawan nih” terdengar kata salah seorang samar-samar

“Ummmhhhh aaaaaahh” desah ku

Ku rasakan sesuatu yang lembut dan basah tengah menggeliat di sekeliling dinding vagina ku.


Di saat yang bersamaan kurasakan seseuatu yang basah menggeliat dan menggelitik bagian puting susu ku yang tidak tertutup oleh bra lagi. Rupanya mereka menjilati bagian sensitif kewanitaan ku mulai dari puting susu hingga vagina dan klitorisku. Ku rasakan telapak tangan kasar tengah meremas-remas buah dada ranum yang belum pernah terjamah sama sekali oleh lelaki mana pun.

“Ummmh Jangaan aaaaah”

Linangan air mata hanya bisa mengalir dalam rasa sesal yang aku hadapi saat ini. Tidak akan disangka, aku bakal mengalami nasib seperti ini. Belum pernah sekalipun aku menjalin hubungan seks dengan seseorang. Pacaran pun menjadi sesuatu yang tabu bagi ku. Kini mereka seenaknya memperlakukan diriku layaknya wanita tuna susila.

“Jangan uhuhuhu” tangis ku mulai menderu

Setelah puas menjamah tubuh dalam posisi terlentang bersandar pada sofa, mereka mengangkat tubuh ku dan meletakkanya pada pangkuan salah seorang dari mereka. Aku tengah dipangku oleh seorang pria dengan posisi wajah kami berhadapan satu sama lain. Ketika ku pandang wajahnya yang tambun dengan dipenuhi brewok, aku sadar dia adalah Reno. Bokep Jepang

“Jangan Kak uhuhuhu” hanya keluh dan tangis yang bisa ku hembuskan
“Cruuuuupp cruuuup” peraduan cumbu kembali mendarat di bibir ku
“Ummmmhh mmmhhhh”


Sisa-sisa tenaga ku mencoba untuk mendorong tubuh berharap bisa melepaskan diri dari posisi duduk erotis memalukan itu.

“Lepaskan!” pekik ku

Dorongan kedua tangan ku mampu membuat badanku terlepas dari cengkramannya meski tetap saja diriku malah jatuh terseok di hadapan kedua selangkangan Reno.

“Hahaha nih cewek udah gak sebar ngentotin kontol gue” Reno melecehkan ku

Aku masih dalam keadaan yang setengah sadar mencoba melarikan diri namun ikatan rambut ponytail ku ditarik sehingga membuat kepala ku terodorong ke depan. Wajah ku seolah berhadapan dengan sebuah benda yang agak lentur tapi sedikit keras. Bau keringat bercampur pesing benar-benar menusuk hidung.

“Buruan, emut kontol gue” paksa Reno

Mulutku yang terbuka lebar kala ingin menghela nafas malah disusupi oleh sebuah benda elastis berotot itu.

“Mmmmphhh mmpppphhh” erangan ku tersumpal oleh benda itu

Seumur hidupku aku tidak pernah melakukan perbuatan yang menjijikkan seperti ini.

“Kita juga dong” ujar mereka sembari meraih kedua tangan ku


Dua pria di samping ku lantas memaksa kedua telapak tangan ku memegang erat benda tumpul milik mereka yang tak jauh beda dengan yang aku kulum saat ini. Terasa hangat di tangan namun sedikit elastis jika mereka menggerak-gerakkan tangan ku maju mundur.

“Mmmmpppph” pekik ku lagi yang masih terganjal oleh batang kemaluan Reno

Lama waktu berselang, kurasakan ada cairan yang mengalir di tenggorokan ku, langsung saja secara refleks aku memalingkan wajah menghadap ke bawah lantai.

“Uhuk uhuk” aku terbatuk seraya memuntahkan cairan putih kental menjijikkan itu

Belum sempat rasa jijik ku sirna, kedua pria yang tadi asik memainkan tangan ku pada penisnya mulai menarik wajah ku menghadap ke atas. Kurasakan semburan cairan hangat meleleh di atas paras cantik ku. Seumur hidupku tak pernah aku dilecehkan seperti ini, apalagi mereka mengatakan bahwa cairan putih kental itu justru membuat paras ku lebih menggairahkan.

“Hentikaaan uhuhuhuhu” pekik ku kala kesadaran ku mulai sedikit kembali


Siraman cairan menjijikkan tadi seolah membuat pikiran ku mulai tersadar, namun semuanya sudah terlambat. Kini mereka membaringkan tubuh ku di atas sofa dengan posisi telentang dan dalam keadaan telanjang bulat. Hanya sepatu kets dan kaos kaki putih panjang yang masih menempel di bagian betis dan kaki ku.

“Jangaaan Kak, Pliiiiss huhuhuhuh” pintaku disertai tangisan menderu-deru

Semuanya sudah terlambat, Reno sudah menyiapkan torpedonya untuk menghancurkan dinding suci kegadisan ku. Dengan sigap ia telah memposisikan batang kemaluannya tepat di tengah-tengah pangkal paha. Kedua tangan ku berusaha mendorong namun kawan-kawannya seolah tak membiarkan diriku bertindak dengan bebas.

“Aaaaaaaarrgh saakiiit uhuhuhuhu” rintih ku kala merasakan benda tumpul menusuk lubang vagina
“Kapan lagi gue bisa nyobain memek perawan” ujar Reno kegirangan


Pandangan mata ku terpejam karena menahan perihnya hujaman batang kemaluan Reno dalam vagina. Sesekali ia menarik ujung kemaluannya lalu memasukannya lagi seolah mengiris-iris setiap selaput dinding keperawan ku.

“Aaaaaarrrggh pliissss stooppp Kaaak Aaaaaaaaaaaaahh” teriak ku

Kurasakan darah menetes di sekujur selangkangan ku, menandakan bahwa masa-masa remaja ku telah musnah.

Beberapa dari mereka masih belum puas dengan hanya melihat ritual pelepasan kegadisan ku. Mereka lantas meremas-remas payudara ku sembari sesekali mengeleitik puting susu di tengahnya.

“Aaaaaaaagghh Uuuuuuuh” tanpa sadar aku mulai mendesah

Hujaman batang kemaluan Reno yang perlahan-lahan telah merusak selaput darah ku, kini semakin mudah ia menghujam vagina ku dengan bebas. Begitu pula rasa perih yang aku rasakan tadi agaknya bercampur dengan sedikit kenikmatan.

“Aaaaaahh emmmmhhhh” aku mencoba menahan desah ku dengan merapatkan tangan pada mulutku




Meski ada sebuah kenikmatan yang mulai terasa mencair di bagian sensitif kewanitaan ku namun tetap saja aku tak rela bila harus melakukannya dengan penjahat seperti mereka sehingga tetap saja ini adalah sebuah pemerkosaan.

“Hosh hosh, gimana cantik enak bukan?” goda Reno sembari terus memompa batang kemaluannya
“Aaaaah emmmmhh, enggak… aaaaaaaaah” jawabku beradu desah dengan gestur gelengan kepala

Ruangan berlampu remang-remang berbalut dengan dinginnya AC ini menjadi saksi hilangnya masa remaja ku yang berubah menjadi wanita murahan. Reno yang masih tetap bersemangat memompa batang kemaluan kini mulai membalikkan badan ku dalam posisi tengkurap.

“Plisss kak hentikaan hiks hiks” rintih ku dengan isak tangis
“Diem lo, ntar juga bakal keenakan pecun!” bentak Reno

Reno mulai kembali memompa batang kemaluannya kembali dengan posisi tubuh ku menungging di atas sofa.

“Oooooh aaaah aaaaaah” tanpa sadar aku mendesah seirama dengan alunan pompaan batang kemaluan Reno
“Hahahaha. Dasar pecun pake malu-malu segala” Goda Reno
“Aaaaah aaaaah, enggak Kak, Ooooh oooooh” Kilah ku sembari menggelengkan kepala


Kesal melihat ku yang tidak jujur menikmati peresenggamaan ini, ia lantas memukul pantat ku.

“PLAAKKKK”
“Aaaaaaaw, Jangaaan Kaaaak, Aaaah oooohh ooooh” pekik ku berbalut desah

Dalam posisi seperti itu ikat rambutku terlepas sehingga membuat rambut ku mulai terurai menampakkan paras indah ku. Di sela-sela kesempatan itu, salah seorang pria menyodorkan batang kemaluannya tepat di hadapan wajah ku. Dengan cekatan ia lantas memasukkannya ke dalam mulutku yang tengah terbuka lebar menghembuskan desah nafas. Bokep Korea

“Ammmmppphh mmmmmmpph”

Mulutku kembali berhadapan dengan benda tumpul menjijikkan itu.

Tak lama kemudian mereka pun kembali berganti posisi. Reno masih belum puas bila tak mencoba melakukan seks dengan berbagai gaya. Kali ini ia memangku badan ku dalam keadaan membelakangi tubuhnya, tetap saja batang kemaluannya masih terhujam di liang kewanitaan ku.

“Aaaaaaaaaaaaaaaahhhhkkkk” pekik ku dengan keras


Sontak aku berteriak karena baru pertama kali berhubungan seks, vagina ku harus dihujam dengan keras dari bawah menembus liang kewanitaan.

“Berisik amat, makan nih”

Salah seorang pria menyumbat mulutku kembali dengan batang kemaluannya.

“Aaaaaammmppphh Uuuuuuuuummmppphh” teriakan ku terganjal

Tak sedikit pun Reno dan kawan-kawannya merasa iba atas nasib yang ku alami. Dua diantaranya malah meraih kedua tangan ku sembari menikmati sensasi kocokan genggaman tangan ku. Sementara yang tadi menyumpalkan batang kemaluannya di mulutku mulai berpindah posisi dengan mengapitkannya diantara sela-sela payudara ku.

Aaaaaaaaaaaakkhh Hentikaaaaaaaann! aaaaaaaaaaahh” Pekik ku tiada henti

Reno benar-benar tak menghiraukan malah semakin cepat memompa batang kemaluannya.

“Uuuugghh mau keluar nih” ujar Reno
“Aaaaaaaaahhhh Lepaskaaaaaan!”


Tak butuh waktu lama, cairan hangat segera mengisi dinding rahim menjadi tanda berakhirnya hubungan seks yang aku lakukan dengan Reno. Tubuh ku mulai melemas dalam terjatuh dalam pangkuan badan anak pemilik klub malam itu. Akan tetapi kelima kawannya pasti juga tak sabar untuk mencicipi berhubungan seks dengan diriku. Mereka pasti akan memperkosa ku secara bergiliran dan beramai-ramai.

Belum sempat aku menghela nafas untuk beristirahat, pria yang tadi tengah asik menyusupkan batang kemaluannya di tengah payudara ku mulai beralih mengangkat tubuh ku. Ia merebahkan tubuh ku di atas sofa seraya membuka kedua kaki ku lebar-lebar. Tak lama ia langsung menghujamkan batang kemaluannya juga.

“Uuuuh cukup hiks hiks” pinta ku disertai isak tangis
“Tenang ya manis, semua di sini juga pengen kebagian jatah” goda pria itu
“Jangaaaan uhuhuhu” tangis ku kembali mengeras

Kembali batang kemaluan pria itu beradu dengan liang kewanitaan ku. bedanya kali ini tampak lebih lancar karena dinding vagina ku mulai dialiri dengan cairan orgasme.

“Aaaaah aaaah aaahh” desahku beradu dengan nafas pendek
“Gimana makin enak kan?” goda pria itu

Aku hanya bisa menjawab dengan gelengan kepala. Memang kenikmatan dalam berhubungan seks tak ada duanya namun tetap saja bagiku ini adalah hal yang sangat tabu dan memalukan. Bagaimana tidak gadis polos dan innocent seperti ku tampak bergelinjang menikmati peraduan batang kemaluan pria asing yang tak ku kenali.

“Cepook cepook cepoook” suara persenggamaannya mulai bercampur dengan cairan kewanitaan ku
“Aaaaaah aaaaahh ooooooh” desah ku yang tak sejalan dengan pikiran ku
“Wah wah, nih cewek mulai doyan” goda pria yang tengah menyetbuhi ku
“Enggak, Aaaaaaah oooooh ooooooh” desah ku tak tertahankan
“Enggak enggak. lihat tuh memek lo banjir keenakan” seorang yang lain mencemooh ku

Tubuh ku serasa tak peduli dengan kata hati yang berusaha memegang harga diri sebagai wanita. Nemun tetap saja secara refleks, bagian liang kewanitaan khususnya bagian klitoris seakan memaksa tubuh ku untuk terus menerus meminta pompaan lagi dan lagi.

“Aaaaaaahh oooooooh ooooooohh” desah ku lucah

Tak berselang waktu lama, pria itu mempercepat hujaman batang kemaluannya.

“Aaaaahhh aaaaaaaah aaaah” desah ku seirama dengan kecepatan gesekan
“Ughhhhh kayaknya gue ikutan nabung” guraunya
“Jangaaaaaaaann aaaaaaaaaaaaaah Oooooooooh” pekik ku lagi

Kembali kurasakan cairan hangat mengisi lubang vagina ku. Aku teringat pelajaran biologi di sekolah jika cairan sperma bertemu sel telur akan menghasilkan sebuah embrio yang kelak akan tumbuh menjadi janin dalam kandungan. Air mata ku kembali meleleh membayangkan bila aku hamil karena cairan putih kental itu terus menerus memenuhi dinding rahim ku.

Kini giliran ketiga salah seorang kembali membalikkan badan ku dan menarik pinggul ku. Tubuh ku berubah posisi menjadi membungkuk dengan keadaan tangan berpegangan pada sofa.

“hentikaaaan!” pekik ku lagi


Kembali ia menghujamkan batang kemaluannya pada liang kewanitaan ku yang masih belum surut atas sperma dari Reno dan salah seorang temannya tadi.

Malam itu menjadi saksi pemerkosaan yang aku alami saat bekerja dengan terpaksa di klub malam terkutuk itu. Mau tak mau aku harus tetap melayani nafsu birahi ketiga pria lainnya yang belum memperoleh jatah berhubungan badan dengan gadis 17 tahun seperti ku. Nonton Bokep

Lambat laun waktu terus berjalan hingga menunjukkan pukul 3 pagi sebagai tanda berakhirnya pemerkosaan yang aku alami. Kelima pria itu pun lantas meninggalkan ruang VVIP dengan dipenuhi tawa bahagia di atas penderitaan ku.

“Kapan-kapan kita cobain lagi” ujar Reno sembari meninggalkan ruangan

Sementara itu aku tengah tergeletak di sudut ruangan dengan sisa-sisa lendir yang masih melekat si sekujur tubuh ku.




No comments

Powered by Blogger.