Nasib 2 Pria Kebumen yang Nekat Naik Haji Bersepeda Ontel
Nasib 2 Pria Kebumen yang Nekat Naik Haji Bersepeda Ontel
Mereka dilepas oleh keluarga, segenap sanak famili, dan tetangganya dengan doa-doa. Kenekatan dua pria yang berniat haji bersepeda ontel ini menginspirasi banyak orang.
Dua orang ini adalah Kiai Khudori, asal Desa Roworejo Kecamatan Kebumen dan Nurudin, warga Desa Sidomoro, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen. Dua pria setengah baya itu ditautkan oleh niat berangkat haji bersepeda ontel.
Sebelum keberangkatannya, dua pria ini juga telah mengantongi paspor dan dokumen keimigrasian lainnya dari Kantor Imigrasi Cilacap. Untuk mengurus dokumen itu, mereka pun mengayuh sepeda dari Kebumen hingga Cilacap yang jaraknya lebih dari 40 kilometer.
Akhir April 2018, Khudori dan Nurudin berangkat dengan doa-doa dari keluarga dan para tetangga. Mereka memulai perjalanan naik haji bersepeda ontel dengan mengayuh kendaraan angin ini dari Kebumen menuju Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Perjalanan masih berlanjut dengan berlayar di Samudra Hindia (Yaman, Sri Lanka, dan India), Selat Bab el Mandeb (Yaman), Laut Merah di Arab Saudi, lalu berakhir di Pelabuhan Jeddah, Arab Saudi.
Dari pelabuhan ini, dua pria Kebumen yang berangkat haji berpeda ontel akan melanjutkan perjalanan hingga Mekkah dan Madinah.
Sayangnya, belum lagi berhasil melawat ke negeri tetangga, langkah mereka terhenti di Batam, Kepulauan Riau. Batas akhir Indonesia sebelum melintas ke Selat Malaka. Mereka gagal memperoleh visa.
"Informasinya seperti itu, tidak bisa melanjutkan perjalanan karena tidak dapat visa," ucap Kepala Desa Roworejo, Amir Syarifudin, saat dihubungi Liputan6.com, Kamis malam, 31 Mei 2018.
Atas saran keimigrasian Batam, mereka pun lantas kembali ke kampung halaman. Mereka berdua naik pesawat.
Mereka pun tiba di kampung halaman dengan selamat pada Rabu malam, 30 Mei 2018, sekitar pukul 19.30 WIB. "Sampai di rumah sekitar waktu salat tarawih, informasinya," dia menambahkan.
Namun, ia tak menjelaskan apakah sepeda yang dikayuh untuk berangkat haji itu turut dibawa ke kampung halaman. Amir mengaku baru memperoleh informasi itu dari tetangga sekampung Khudori. Ia pun belum sempat bersilaturahmi.
Amir pun tak menyangsikan kemampuan finansial Khudori. Ia terhitung sebagai orang berada. Strata ekonominya berada di atas rata-rata.
Anak-anaknya pun terhitung sebagai orang yang berhasil. Dari empat anaknya, tiga di antaranya adalah bos konveksi. Satu lainnya adalah pegawai tata usaha di SMK Maarif, Kebumen.
Mereka membuka usaha garmen dengan puluhan anak buah. Order diperoleh dari Jakarta. Secara material, tak ada yang menghalangi Khudori untuk mendaftar haji secara reguler.
"Dari dulu pun keluarga ingin Pak Khudori naik hajinya reguler. Saya pun pernah menyarankan seperti itu, tapi ya itu (tekadnya sudah bulat)," dia menerangkan.
Kini, Khudori akan kembali pada rutinitas kesehariannya sebagai kiai desa. Ia akan mengajar anak-anak hingga orang tua belajar agama di kampungnya.
"Pribadinya unik. Dia memang tokoh agama di sini," dia menambahkan.
Post a Comment